Simak Rekomendasi Saham Grup Bakrie di Tengah Volatilitas Harga Komoditas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham perusahaan yang terafiliasi Grup Bakrie masih terperangkap di zona merah seiring dengan pelemahan komoditas terkait. Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) misalnya, sejak awal tahun alias year-to-date (YtD) melemah 20,50%.

Pun demikian dengan saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) yang melemah 21,77% secara YtD. Hanya saja, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menguat 7,55% sejak awal tahun.

Pengamat pasar modal dan Founder WH Project William Hartanto menilai, mengingat sebagian saham Bakrie adalah perusahaan yang terkait komoditas, ke depan kinerja saham konglomerasi ini berpotensi menurun seiring dengan penurunan harga komoditas.


“Walaupun bukan karena efek langsung dari harga komoditas, namun respons pasar terhadap pergerakan harga komoditas dan laporan keuangan bisa mempengaruhi pergerakan harga saham,” terang William kepada Kontan.co.id, Senin (31/7).

Baca Juga: Rekap Kinerja Emiten Grup Bakrie: BRMS, BNBR, ENRG, dan BUMI, Mana yang Moncer?

Asal tahu, emiten yang terafiliasi Grup Bakrie mencetak kinerja keuangan yang beragam. BRMS membukukan laba bersih US$ 5,63 juta, naik 44% dari laba bersih di periode yang sama tahun 2022 yang hanya US$ 3,91 juta. Sementara itu, BUMI mengempit laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 81,82 juta, turun 51,19% dari capaian juta pada periode semester pertama 2022 yang mencapai US$ 167,67 juta.

Dari deretan saham Grup Bakrie, menurut William hanya saham ENRG yang menarik. Secara teknikal, indikator saham ENRG cukup apik, dan terindikasi penguatan dari indikator MACD yang membentuk bullish divergence. Adapun target harga untuk  saham ENRG diestimasikan berada pada level Rp 254 per saham–Rp 270 per saham.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Juan Harahap menyematkan rekomendasi buy saham BUMI dengan target harga Rp 150. Menurut Juan, BUMI menjadi salah satu emiten yang akan diuntungkan dengan pemberlakukan badan layanan umum (BLU) batubara. Ini karena BUMI memiliki eksposur penjualan ke pasar domestik yang lebih besar.

Baca Juga: Emiten Berkapitalisasi Jumbo Masih Bisa Jadi Jagoan

Namun, Juan memangkas perkiraan laba bersih BUMI di tahun 2023 sebesar 56,2%, dari sebelumnya US$ 526 juta menjadi US$ 230 juta. Hal ini karena asumsi turunnya harga batubara. Juan memutuskan untuk merevisi asumsi harga batubara rata-rata untuk tahun 2023 menjadi US$ 172 per ton dari sebelumnya US$ 220 per ton. Ditambah dengan asumsi tarif royalti yang lebih tinggi, hal ini akan menekan laba perusahaan tambang batubara, termasuk BUMI.

Pada perdagangan Senin (31/7), saham ENRG ditutup menguat 1,77% ke level Rp 230 per saham, sementara saham BUMI ditutup menurun 5,19% ke level Rp 128 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati