KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT HM Sampoerna Tbk (
HMSP) membukukan penurunan kinerja di kuartal pertama 2021. Emiten rokok ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp 23,35 triliun atau turun 4,4% secara
year on year (yoy). Sementara dari sisi
bottom line, laba bersih HMSP justru anjlok hingga 22,1% menjadi Rp 2,6 triliun dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menilai, kuartal pertama 2021 masih menunjukkan kondisi sektor rokok yang masih tertekan. Oleh karena itu, perolehan HMSP tersebut menggambarkan kinerja keuangan yang masih sulit untuk meningkatkan profitabilitas. Robertus menyebut, pemberlakuan kenaikan tarif cukai rokok masih menjadi penghambat kinerja HMSP pada kuartal pertama 2021. Bahkan, dia meyakini sentimen tersebut masih akan memperberat kinerja HMSP ke depan.
“Sejauh ini, untuk sektor rokok memang masih minim katalis positif yang bisa mengkerek kinerja emiten. Saham HMSP pun kurang menarik karena potensi pertumbuhan bisnis HMSP sudah semakin terbatas dan masih banyak emiten lain di sektor konsumer yang prospeknya lebih menarik,” kata Robertus ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (3/5).
Baca Juga: Laba turun di kuartal I-2021, simak rekomendasi saham HM Sampoerna (HMSP) Senada, analis Samuel Sekuritas Yosua Zisokhi dalam risetnya 25 Maret 2021 menuliskan, perbedaan cukai antara SKM golongan I dan IIA melebar menjadi 61,7% (sebelumnya 57,4%), sehingga HMSP akan lebih sulit untuk memperbaiki margin tanpa kehilangan pangsa pasar. Yosua memperkirakan, volume penjualan HMSP berpotensi turun 3% yoy tahun ini. Sementara margin laba kotor HMSP berpotensi turun 174 bps yoy menjadi 18,6%, dengan beban cukai naik 12,8%. sedangkan margin laba bersih berkurang 66 bps yoy menjadi 8,6%, terendah dalam lima tahun terakhir. “Tetapi, dalam tiga tahun terakhir, HMSP memberikan
dividend payout ratio mencapai 100%. Dengan kebutuhan belanja modal yang relatif stabil, kami memperkirakan HMSP akan kembali memberlakukan kebijakan yang sama tahun ini. Meskipun laba bersih turun 37,5% yoy,
dividend yield dapat mencapai 5,3% jika dibandingkan dengan harga saham HMSP (24 Maret 2021),” imbuh Yoshua.
Baca Juga: Kuartal I 2021, laba bersih HM Sampoerna (HMSP) turun 22,28% menjadi Rp 2,58 triliun Sementara analis CIGS CIMB Sekuritas Patricia Gabriela dan Marcella Regina dalam risetnya pada 28 April menuliskan, salah satu katalis negatif yang bisa memengaruhi harga saham HMSP ke depan adalah kebijakan penyesuaian metodologi periodik komposit indeks Indonesia dari
market cap weighted menjadi
free float based adjustment. Pasalnya, saat indeks LQ45 mengalami penyesuaian pada November 2018, saat itu harga saham HMSP turun hingga 24% selama masa pengumuman hingga fase implemnetasi pada Agustus 2019. “Namun, dengan kinerja HMSP pada kuartal pertama 2021 yang di luar ekspektasi, kami pun menaikkan proyeksi EPS pada 2021 sebesar 39% seiring dengan volume penjualan yang lebih tinggi dan asumsi perbaikan margin,” kata Patricia dan Marcella.
Walau begitu, CIGS CIMB masih mengekspektasikan GMP HMSP pada tahun ini akan lebih rendah, yakni 19,3% dibanding tahun lalu 20,3%. Keduanya pun memberi rekomendasi
hold untuk saham HMSP dengan target harga Rp 1.300 per saham berdasarkan 5x FY21F P/BV. Sementara Robertus dan Yoshua sama-sama merekomendasikan jual saham HMSP dengan target harga masing-masing Rp 1.100 dan Rp 1.140 per saham.
Baca Juga: Industri rokok masih tertekan, simak rekomendasi saham untuk HM Sampoerna (HMSP) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati