KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Indika Energy Tbk (
INDY) di tahun ini diproyeksi masih ciamik. Ekspektasi pasar terhadap rencana bisnis INDY diyakini sebagai faktor pendongkrak bagi pergerakan saham perusahaan ini. Sekedar mengingatkan, INDY telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan PT Indonesia Battery Corporation (IBC), Hon Hai Precision Industry Co. Ltd. (Foxconn), dan Gogoro Inc. (Gogoro) pada Jumat (21/1). Kerja sama ini bertujuan untuk pengembangan ekosistem kendaraan listrik dan berbagai industri pendukungnya. Nantinya, kolaborasi ini akan dilakukan dengan skema Build, Operate & Localize (BOL) di Indonesia.
Alhasil, saham INDY melesat 24,92% dan ditutup di level Rp 1.980 per saham pada Senin (24/1). Namun, saham Indika Energy koreksi 4,8% pada perdagangan hari ini (25/1), dan ditutup di level Rp 1.885 per saham.
Baca Juga: Indika (INDY) Gaet IBC, Foxconn, dan Gogoro Bangun Ekosistem Kendaraan Listrik (EV) Analis Panin Sekuritas William Hartanto melihat, lonjakan harga saham INDY tak lepas dari efek pemberitaan atas rencana bisnis dari pengembangan ekosistem kendaraan listrik tersebut. Namun, sentimen pasar itu tampaknya hanya akan berlangsung sementara. "Pelaku pasar merespon positif kabar tersebut dan melakukan pembelian saham INDY. Hal ini sudah biasa terjadi dan perlahan setelah berita ini dianggap usang, maka penguatan berakhir," kata William saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (25/1). Meski ditutup melemah. secara
Year to Date (YTD), saham INDY masih berada di zona hijau setelah menguat 22,01%. Kondisi ini juga sudah diprediksi oleh
Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova. Kendati begitu, Ivan masih melihat INDY sebagai saham yang menarik untuk dikoleksi secara bertahap pada tahun ini. Arah bisnis INDY yang gencar melakukan diversifikasi dan tidak akan tergantung pada batubara sebagai sumber pendapatannya dinilai menyimpan prospek positif. Apalagi dengan adanya pemulihan fundamental perusahaan pada tahun 2021, seiring pemulihan ekonomi dan sektor komoditas batubara di masa pandemi. Tetapi, Ivan mengingatkan upaya INDY mendiversifikasi bisnis dan masuk ke sektor energi terbarukan termasuk ekosistem kendaraan listrik tidak akan mendatangkan hasil yang instan. Lantaran hasil yang tercermin pada laporan keuangan perusahaan baru akan terlihat seiring selesainya berbagai persiapan strategi bisnis tersebut. "Tahun 2022 cukup menarik untuk mengoleksi bertahap saham INDY dengan tujuan investasi, dengan target harga terdekat Rp 2.500 dan Rp 3.000," ungkap Ivan. Sementara itu, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu juga sependapat bahwa kenaikan harga saham INDY pada perdagangan kemarin merupakan sentimen jangka pendek, yang didorong rencana kerja sama INDY bersama IBC, Foxconn dan Gogoro.
Dessy bilang, secara fundamental INDY berpotensi untuk tumbuh positif. Langkah diversifikasi bisnis diyakini mampu menopang fundamental perusahaan. Diversifikasi bisnis INDY meliputi hilirisasi batubara, logistik, pertambangan emas, hingga energi terbarukan dan ekosistem kendaraan listrik. Selain itu, INDY juga ditopang dengan masih adanya katalis positif dari penguatan harga komoditas batubara global. "Kami memperkirakan harga saham akan menguat mengikuti ekspektasi positif kinerja fundamental INDY pada tahun ini," kata Dessy.
Analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana juga melihat, secara teknikal dari sisi
stochastic, penurunan saham INDY pada perdagangan hari ini menunjukkan adanya koreksi ke depannya. Namun, masih ada peluang penguatan dari
moving average convergence divergence (MACD). Oleh sebab itu, Herditya memberikan rekomendasi
buy on weakness (BoW) dengan target penguatan pada area Rp 2.200. Sedangkan menurut William, saham INDY menarik untuk dikoleksi selama perdagangan disertai dengan volume tinggi dan harga mampu bertahan di atas level Rp 1.950. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari