KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) masih atraktif seiring harga batubara yang diproyeksi solid hingga akhir tahun ini. Analis MNC Sekuritas Aqil Triyadi dalam risetnya tertanggal 8 September 2022 memandang, kenaikan harga batubara akan berlanjut setidaknya hingga awal tahun 2023. Terdapat beberapa faktor pendukung kenaikan harga komoditas energi ini. Pertama, krisis gas yang masih terjadi di Eropa, setelah perusahaan gas dari Rusia (Gazprom) memperketat pasokannya, yakni hanya menyediakan 20% dari supply normal. Kedua, krisis listrik yang terjadi di China pada Agustus silam mendorong peningkatan permintaan batubara lebih banyak. Ketiga, menjelang musim dingin, siklus kenaikan harga batubara berpotensi untuk berulang.
ITMG Chart by TradingView Aqil mempertahankan rekomendasi buy saham ITMG dengan target harga Rp 51.500 per saham. Aqil meyakini ITMG akan menghasilkan kinerja yang solid sepanjang tahun ini, terutama didukung oleh meningkatnya permintaan dari aktivitas industri China. Meskipun memang produksi batubara ITMG akan cenderung datar yang disebabkan akibat cuaca buruk. Selain itu, ITMG secara konsisten menerapkan strategi efisiensi biaya untuk memaksimalkan profitabilitasnya. Sehingga, ITMG mampu menghasilkan kinerja keuangan yang solid meskipun pandemi masih berlangsung serta melambatnya aktivitas penambangan akibat cuaca ekstrem. Baca Juga: Ini Alasan Indo Tambangraya (ITMG) Optimistis Target Produksi Batubara Tercapai Konstituen Indeks Kompas100 ini secara konsisten membagikan dividen dalam lima tahun terakhir, dengan rata-rata dividend yield sebesar 9%. Namun, menurut Aqil, risiko dari rekomendasi ini diantaranya harga batubara lebih rendah dari ekspektasi, cuaca yang buruk, dan kebijakan pemerintah yang tidak menguntungkan. Panin Sekuritas merekomendasikan beli saham ITMG dengan target harga Rp 48.000 per saham. Felix memproyeksi, harga batubara pada musim dingin akan masih sangat solid. Penggunaan batubara oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) akan meningkat, khususnya untuk perangkat penghangat tubuh. Sehingga, Felix menilai adanya peningkatan permintaan batubara untuk sektor kelistrikan khususnya dari negara Asia seperti China, India, Korea Selatan, dan Jepang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati