KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencatatkan penurunan tajam pada pendapatan dan laba bersih hingga kuartal III 2023. ITMG membukukan laba bersih US$ 405,83 juta. Realisasi ini tergerus 54,6% dibandingkan dengan capaian laba bersih di periode Januari-September 2022 yang mencapai US$ 893,81 juta. Hingga kuartal III 2023, emiten pertambangan batubara ini membukukan pendapatan senilai US$ 1,82 miliar. Angka ini menurun 30,18% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 2,61 juta.
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer mengatakan, hal ini disebabkan oleh penurunan average selling price (ASP) sebesar 53% secara tahunan ke US$ 98,7 dari periode sama tahun lalu sebesar US$ 210,5 karena harga batubara global yang terus turun. Baca Juga: Hingga Akhir 2023, Indo Tambangraya (ITMG) Targetkan Penjualan 21,1 Juta Ton Batubara Margin laba kotor dan bersih juga turun menjadi 29% dan 19% secara tahunan dari masing-masing 55% dan 36%. “Namun, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah pengendalian biaya yang lebih longgar karena biaya tunai per ton turun 26% secara tahunan, meskipun ada ketidakpastian dalam harga bahan bakar dan variabel ekonomi lainnya,” ujarnya dalam riset terbaru dikutip Rabu (22/11). Sejalan dengan tren industri batubara secara keseluruhan, ITMG terus mengupayakan diversifikasi pendapatan melalui inisiatif energi ramah lingkungan. ITMG mengakuisisi 65% saham Suryanesia hingga kuartal III 2023. Asal tahu saja, Suryanesia adalah sebuah perusahaan Solar-as-a-Service yang menawarkan layanan pemasangan, pengoperasian, dan pemeliharaan panel surya di atap. Suryanesia memiliki kapasitas sebesar 0,5 megawatt peak (MWp) pada akhir kuartal III 2023, dengan 3,5 MWp lainnya dalam tahap konstruksi dan total komitmen kapasitas sebesar 6,3 MWp. “Tujuan utama akuisisi ini adalah untuk memperluas kapasitas bisnis tenaga surya atap ITMG, serta menjangkau basis pelanggan yang lebih luas dan memperkuat kehadiran pasar,” ungkapnya.