KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP) dianggap diuntungkan oleh kenaikan penjualan karena konsumsi masyarakat meningkat. Di sisi lain, margin operasi terus membaik seiring normalisasi harga komoditas. Analis Bahana Sekuritas Christine Natasya memperkirakan pendapatan ICBP tumbuh sebesar 10,5%
year on year (YoY) menjadi Rp 71,62 triliun pada tahun ini, terutama didukung oleh pertumbuhan volume penjualan. ICBP diyakini masih akan mendapatkan keuntungan dari pemulihan konsumsi masyarakat karena tahun menjelang pemilihan umum (pemilu).
ICBP sendiri memandu pertumbuhan pendapatan 10%-12% lebih tinggi dari tahun 2022. Perusahaan mengharapkan kuartal I-2023 akan menjadi puncaknya karena selama periode tersebut persediaan produk lebih banyak dibutuhkan untuk musim perayaan Lebaran. Terlebih, Indofood CBP berencana menghabiskan sekitar 75% dari anggaran belanja modalnya sebesar Rp 2,8 triliun pada tahun 2023 untuk perluasan kapasitas dan peningkatan mesin. Ini artinya ekspansi lebih besar bakal dilangsungkan ICBP di tahun ini. “Prospek ICBP masih bagus karena didukung populasinya yang besar dan target pasar yang luas,” ujar Christine kepada Kontan.co.id, Senin (29/5).
Baca Juga: Ini Pilihan Saham LQ45 yang Prospektif di Tahun 2023 Analis Ciptadana Sekuritas Asia Putu Chantika Putri tak menampik bahwa kinerja emiten Grup Salim tersebut cukup memuaskan. Pencapaian ICBP di tiga bulan pertama tahun ini menjadi buktinya. Per kuartal I-2023, ICBP mengantongi pendapatan sebesar Rp 19,1 triliun yang bertumbuh 11,4% YoY dan naik 20,5% QoQ. Angka tersebut didorong oleh pertumbuhan volume penjualan dengan tidak adanya kenaikan harga selama kuartal pertama 2023. ICBP masih ditopang oleh lini bisnis utama yaitu segmen mie. Penjualan mie domestik tumbuh kuat sebesar 12,1% YoY dan 30,7% QoQ yang didorong oleh peningkatan permintaan selama bulan puasa. Sementara, penjualan dari Timur Tengah & Afrika yang berada di naungan Pinehill mengalami kenaikan 4,5% YoY, namun masih lebih rendah 3,4% QoQ pada kuartal I-2023. Berkontribusi sekitar 70% dari total penjualan, segmen mie bertumbuh sebesar 14,3% YoY terutama didukung oleh volume penjualan bertumbuh 10% YoY dan kekuatan harga yang kuat pasca penyesuaian harga jual rata-rata atau
average selling price (ASP) di tahun 2022. Margin EBITDA segmen mie juga meningkat karena normalisasi harga gandum dan harga minyak sawit mentah (CPO).
“Peningkatan margin terjadi di seluruh segmen utama dan pertumbuhan volume tahunan yang positif, kecuali susu,” ungkap Putu dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Senin (29/5). Putu melihat, performa segmen mie instan yang luar biasa tersebut mengimbangi kelemahan di segmen Dairy. Penjualan susu turun 3,5% YoY pada kuartal I-2023, diantaranya karena produk susu tidak dijual pada titik harga yang kompetitif. Alhasil, margin EBITDA terkontraksi oleh harga gula yang lebih tinggi di sepanjang tahun ini, meski sebagian diimbangi oleh harga susu skim yang moderat. Manajemen ICBP melihat persaingan di segmen susu cair masih ketat karena munculnya pemain baru. Sebagai tanggapan, ICBP telah meluncurkan produk yang baru seperti seri Black Latte Korea dan Pink Blossom yang bertepatan dengan Tur Dunia Girlband Blackpink. Seri susu Korea UHT telah menerima daya tarik positif sejak peluncurannya. Untuk lebih menggairahkan pasar dan memperluas kategori es krim, Indofood CBP telah memperkenalkan Choc Rocks Cone yakni es krim rasa Indomie. Strategi tersebut membawa Indofood CBP mencetak EBITDA yang kuat selama tiga bulan pertama 2023. Margin EBITDA tercatat sebesar 22,5% menjadi Rp 4,3 triliun, yang lebih besar dari panduan ICBP sebesar 18%-20% pada kuartal pertama 2023. Dengan demikian, ICBP melaporkan lonjakan laba bersih kuartal I-2023 sebesar Rp 3,95 triliun. Nilai tersebut terpantau melesat 103,7% YoY dan 209,4% QoQ.
Baca Juga: Indofood dan Indofood CBP Sukses Makmur Catatkan Kinerja Positif pada Kuartal I 2023 Setelah kinerja operasional kuartal I-2023 yang kuat, Ciptadana Sekuritas meningkatkan perkiraan laba usaha (
earning) ICBP sebesar 26% dan 17% menjadi Rp 9,4 triliun – Rp10,1 triliun untuk tahun 2023 dan 2024. Namun, Ciptadana Sekuritas masih mempertahankan proyeksi pendapatan tidak berubah karena tetap sejalan dengan panduan perusahaan. Putu mengamati bahwa raihan positif tersebut tidak terlepas pula oleh keuntungan valuta asing (valas) dengan adanya penguatan rupiah di sepanjang tahun ini. ICBP mencatat keuntungan valas yang belum direalisasi sebesar Rp 1,8 triliun di kuartal I-2023, berbalik dari kerugian valas sebesar Rp 1,3 triliun pada kuartal IV-2022 karena dampak pelemahan rupiah di tahun lalu. Sedikit kilas balik, Analis Samuel Sekuritas Pebe Peresia dalam riset 29 Maret 2023 mengungkapkan bahwa kerugian yang belum direalisasikan dari aset valuta asing (
unrealized forex loss) ICBP mencapai Rp 4 triliun pada tahun 2022. Kenaikan
unrealized forex loss seiring dengan pelemahan rupiah di tahun lalu yang terkoreksi 9.3% YoY.
Forex loss tersebut berasal dari aktivitas pembiayaan yaitu obligasi dalam denominasi dolar AS sebesar US$ 2,75 miliar terkait akuisisi Pinehill. Adanya beban utang dalam mata uang dolar AS tersebut menekan bisnis ICBP di sepanjang tahun lalu. Kendati demikian, perlu dicatat bahwa penjualan market Pinehill sendiri di Timur tengah dan Afrika tumbuh dengan level yang lebih tinggi daripada domestik yaitu 14.8% YoY dengan kontribusi terhadap penjualan naik menjadi 23.1% di tahun 2022 dari 22.9% di tahun 2021.
Menurut Pebe, Pinehill akan kembali mencatatkan kinerja positif namun dengan level pertumbuhan yang lebih rendah. Hal itu mengingat masih adanya tantangan dari kondisi ekonomi untuk target pasar Pinehill terkait tingginya inflasi dan depresiasi mata uang yang dapat menurunkan daya beli. Pebe masih mempertahankan rekomendasi beli untuk ICBP dengan target harga sebesar Rp 12.000 per saham. Christine juga merekomendasikan
buy untuk ICBP dengan target harga sebesar Rp 13.000 per saham. Setali tiga uang, Putu menyarankan
buy untuk ICBP dengan target harga sebesar Rp 13.000 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari