KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pidato Gubernur The Fed Jerome Powell pada Rabu (6/3) menjadi pelecut lonjakan bursa saham. Tak terkecuali bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang dua hari terakhir kembali menanjak, usai melandai dalam empat hari perdagangan beruntun. IHSG melejit 1,14% pada Rabu (6/3) dan lanjut menguat 0,60% ke level 7.373,96 pada Kamis (7/3). Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengamati secara substansi relatif tidak ada hal baru yang signifikan disampaikan oleh Jerome Powell.
Hanya saja, kepala bank sentral Amerika Serikat itu memperkuat sinyal bahwa penurunan suku bunga acuan akan terjadi pada tahun ini. Hal itu sesuai dengan ekspektasi pasar, meski Powell masih belum memastikan kapan pemangkasan suku bunga akan terealisasi.
Baca Juga: IHSG Berpeluang Konsolidasi Pada Perdagangan Jumat (8/3), Ini Saham yang Bisa Dilirik "Saya menilai sentimen ini cukup menopang pasar, karena disambut baik, sehingga kembali memunculkan optimisme bahwa era suku bunga tinggi akan berakhir di tahun ini," kata Martha kepada Kontan.co.id, Kamis (7/3). Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengamini nada dovish dari The Fed mengurangi ketidakpastian di tengah situasi global yang masih tak menentu. Sentimen ini disambut positif lantaran pasar sudah mengalami kondisi tingkat suku bunga tinggi dalam waktu yang cukup lama. Pelaku pasar pun menanti testimoni lanjutan dari pejabat The Fed. "Kalau tidak ada pernyataan yang mengejutkan atau membuat pasar syok, seharusnya tidak ada dampak negatif," ungkap Arjun. Dalam posisi saat ini, Arjun melihat IHSG sedang menghadapi resistance di area 7.350 - 7.380. Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi, Agung Ramadoni menambahkan bahwa lonjakan IHSG sudah sesuai ekspektasi dan berpotensi menembus level tertinggi (all time high) di area 7.403,57. Hitungan Agung, saat ini IHSG bergerak pada rentang support 7.350 dan resistance di 7.525. Agung pun menaksir arus dana dari investor asing (capital inflow) akan kembali mengalir, meski dengan nilai yang masih terbatas. Daya tarik tambahan akan datang menjelang musim pembagian dividen, sehingga momentum positif ini bisa bertahan dalam jangka menengah. Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menyoroti pelaku pasar yang masih menantikan kepastian terkait pemangkasan tingkat suku bunga. Namun di samping sentimen eksternal, Nico mengingatkan bahwa faktor dalam negeri juga tak kalah krusial. Nico melihat pengumuman resmi Pemilu & Pilpres menjadi faktor penting. Pelaku pasar akan mencermati stabilitas politik, terlebih setelah muncul rencana untuk menggulirkan Hak Angket di parlemen. "Sejauh ini dengan fundamental dalam negeri yang menarik, kami masih yakin capital inflow akan masuk," ungkapnya. Sebagai pilihan investasi, Nico menjagokan saham di sektor perbankan, consumer non-cyclicals, infrastruktur dan telekomunikasi. Ketika tingkat suku bunga turun, saham otomotif dan properti akan semakin menarik.
Baca Juga: IHSG Menguat 0,60% ke 7.373 Pada Kamis (7/3), HRUM, CPIN, PTMP Jadi Top Gainers LQ45 Sementara itu, Martha menilai saham bank, telekomunikasi, poultry dan ritel sebagai pilihan menarik. Martha melirik saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (
BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (
BBRI), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (
CPIN), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (
TLKM) dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (
MAPI). Untuk jangka pendek Martha menyarankan saham komoditas batubara seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (
PTBA). Catatan Martha, momentum saat ini belum memoles prospek saham teknologi.
Menurut dia, kenaikan sejumlah saham teknologi beberapa hari terakhir hanya sebagai teknikal rebound, sehingga lebih baik wait and see telebih dulu. Sedangkan Agung merekomendasikan saham bank BUMN, yakni
BBRI,
BMRI, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (
BBNI) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (
BBTN). Kemudian, saham dengan dividen yield cukup tinggi seperti
PTBA dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG). Lalu, pertimbangkan strategi
buy on weakness untuk PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi