KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali memasuki pekan pendek. Hari ini, Rabu (22/5) adalah perdagangan terakhir sebelum libur memperingati Hari Raya Waisak (23/5) dan cuti bersama (24/5). Sebelum libur panjang hingga akhir pekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedang dalam tekanan. Setelah terbang 3,22% ke atas level 7.300-an pada pekan lalu, IHSG berbalik melemah dalam dua hari beruntun di pekan ini, kembali merosot ke bawah level 7.200. Pada perdagangan Senin (20/5) IHSG anjlok 0,69%, dan berlanjut ambles 1,11% ke posisi 7.186,03 pada Selasa (21/5). Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menyoroti lima sentimen yang disinyalir memengaruhi performa pasar saham, terutama dari sisi pemberitaan yang membawa sentimen negatif (bad news).
Pertama, tensi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang mulai naik kembali. Kedua, tensi politik China dan Taiwan usai pelantikan Presiden baru Taiwan. Baca Juga: Sejumlah Emiten Menggelar Aksi Private Placement, Saham Mana yang Menarik? Ketiga, pelaku pasar menunggu data ekonomi dan kebijakan moneter AS di pekan ini. Keempat, arah kebijakan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). Kelima, posisi kurs rupiah yang masih berada di ambang Rp 16.000 per dolar AS. Jika lanjut melemah, rupiah berpotensi melemah ke posisi Rp 16.100 hingga Rp 16.250 per dolar AS. Selain itu, Yaki menilai faktor signifikan penekan IHSG adalah aksi profit taking menjelang libur panjang akhir pekan. "(Koreksi IHSG) masih terlihat wajar, outflow dari investor asing lebih ke long weekend ditambah antisipasi terhadap bad news," ungkap Yaki kepada Kontan.co.id, Selasa (21/5). Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi mengamini pekan pendek menjelang libur bursa ikut memengaruhi performa pasar. Para investor juga mengantisipasi rilis risalah Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed dan arah kebijakan BI. "Psikologis pasar cenderung melakukan aksi keluar atau menahan di tengah ketidakpastian yang dapat terjadi," ujar Audi. Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang menambahkan, pelemahan IHSG yang lebih dari 1% kemarin bersamaan dengan pembukaan negatif indeks-indeks di Eropa. Alrich turut menaksir pelemahan kemarin sebagai bentuk profit taking menjelang libur panjan hingga akhir pekan. Baca Juga: Wall Street Ditutup Menguat: S&P 500 dan Nasdaq Cetak Rekor Penutupan Tertinggi Baru Di sisi lain, The Fed menjadwalkan rilis risalah FOMC pada Kamis (23/5) dini hari WIB. Jajak pendapat oleh CME FedWatch Tools menunjukkan peluang pemangkasan 25 basis points sebesar 49.6% di September 2024 dan 45.8% di November 2024. "Pasar berharap adanya petunjuk tambahan untuk memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan di September 2024. Terdapat kemungkinan pasar merespon pidato sejumlah petinggi The Fed, yang diperkirakan kembali memberikan pandangan yang terpecah seperti FOMC sebelumnya," terang Alrich. Sementara itu, Alrich memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan di level 6.25%. Alrich memprediksi IHSG akan bergerak pada area support 7.150 - 7.175 dengan resistance di posisi 7.250. Sedangkan Audi memandang kondisi pasar saat ini belum mengubah tren jangka panjang IHSG yang masih bergerak di atas support 7.076. Dalam skenario bearish, IHSG berpotensi turun ke area support kuat tersebut sebelum menyentuh level psikologis 7.000. Sedangkan hingga akhir Mei, Audi memprediksi IHSG akan cenderung bergerak sideways dalam rentang 7.080 - 7.360. Sebelum libur dan cuti bersama, pada perdagangan Rabu (22/5) kecenderungan IHSG masih akan tertekan meski sudah mulai terbatas, dengan uji support jangka pendek di level 7.150. "Jika masih mampu terjaga di atas MA20 atau 7.150, maka potensi rebound masih terbuka menuju resistance di level 7.270," ungkap Audi. Sementara Yaki menaksir rentang pergerakan IHSG ada di 7.071 - 7.290. IHSG berpotensi rebound jika kuat bertahan di atas level 7.100 - 7.130. Saran Yaki, lebih baik menerapkan strategi buy on support dengan money management yang ketat.
UNVR Chart by TradingView