Simak rekomendasi saham-saham Grup Saratoga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham yang tergabung dalam Grup Saratoga Investama Sedaya kembali melemah dalam beberapa waktu terakhir.

Saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) turun 0,70% ke harga Rp 2.830 per saham dalam seminggu terakhir. Kemudian PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga melemah 3,64% ke harga Rp 1.060 dalam seminggu terakhir, selanjutnya PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) turut terkoreksi 2,24% ke posisi Rp 1.090, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melemah 2,99% ke level Rp 1.300, PT Provident Agro Tbk (PALM) turun 5%, dan PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) melemah 5,43% ke harga 348 per saham.

Sementara itu, saham PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII) masih mampu menguat sebesar 0,42% ke harga 480 dalam sepekan terakhir.


Baca Juga: Saratoga tidak terdampak efek pandemi Corona

Menurut keterbukaan informasi Mei 2020 sebelumnya, per 31 Maret 2020 Saratoga melaporkan penurunan aset 21% yang sebagian besar disebabkan oleh penurunan nilai investasi pada saham sekitar Rp 5,73 triliun.

Penurunan ini akibat pergerakan nilai wajar harga saham untuk perusahaan publik pada tanggal 31 Maret 2020 yang turun signifikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Beberapa kepemilikan saham yang turun signifikan adalah ADRO dan TBIG yakni masing-masing sebesar Rp 2,75 triliun dan Rp 2,13 triliun. Sampai saat ini market cap alias kapitalisasi pasar ADRO tercatat Rp 33,91 triliun dan TBIG menjadi Rp 24,70 triliun.

Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) menebar dividen US$ 250 juta, ini jadwalnya

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, kondisi bisnis dari emiten-emiten dari grup Saratoga menjadi faktor yang menyebabkan turunnya saham-saham tersebut. Misalnya saja Adaro Energy yang masih tertekan akibat harga batubara masih sulit untuk bangkit. Memang, sebelumnya saham-saham emiten tambang batubara sempat terbang setelah harga minyak dan batubara sempat naik.

Dalam sebulan terakhir, harga saham ADRO juga tercatat menguat hingga 2,91%. Hal itu tak lepas dari kabar dari China yang berpotensi untuk mengimpor batubara lebih banyak sejalan dengan dibukanya keran ekonomi. Namun, prospek permintaan emas hitam ini juga masih diselimuti ketidakpastian.

Selain itu, fluktuasi nilai tukar mata uang juga menambah beban yang ditanggung emiten pertambangan batubara. Hni lantaran harga jual batubara masih menggunakan acuan mata uang dolar AS. Dalam catatan Kontan, sekarang ini sebesar 78% pendapatan ADRO merupakan hasil dari penjualan ke pasar ekspor.

Baca Juga: Grup Saratoga akan bagi dividen, analis sarankan saham Adaro Energy (ADRO)

Sementara itu, emiten yang masih memiliki prospek bisnis cerah yaitu Tower Bersama Infrastructure. Emiten ini dinilai tahan banting dan tak terkena imbas Covid-19. Bahkan, permintaan terhadap jaringan internet semakin kuat di tengah pandemi ini. "Meski prospek bisnisnya cerah, tapi Tower Bersama Infrastructure terbebani utang," kata Wawan kepada Kontan.co.id, Jumat (12/6).

Menurut catatan Kontan, Tower Bersama Infrastructure memiliki utang jatuh tempo pada tahun 2020 senilai Rp 2,2 triliun. Pinjaman tersebut mayoritas dalam bentuk mata uang asing.

Dengan demikian, Wawan memprediksi ADRO memiliki potensi penurunan kinerja yang lebih tinggi. Dari sederet saham grup Saratoga, menurut Wawan saham TBIG masih dapat menjadi salah satu pilihan bagi pelaku pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati