Simak rekomendasi saham sektor otomotif jelang masa berlaku diskon PPnBM 100% habis



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Penjualan mobil berhasil tumbuh signifikan setelah adanya potongan relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) 100% untuk pembelian mobil baru. 

Namun, masa berlaku PPnBM 100% ini akan selesai pada akhir bulan ini. Tak ayal, demi terus mendongkrak penjualan, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dan Kementerian Perindustrian mengusulkan PPnBM 100% diperpanjang.

Namun, analis melihat, tanpa adanya perpanjangan pembebasan PPnBM ini pun, target penjualan mobil dari Gaikindo yang sebanyak 750.000 unit di tahun ini tetap dapat tercapai. 


Berdasarkan data Gaikindo, sebelum PPnBM DTP diterapkan, penjualan mobil baru hanya 40.000 unit-50.000 unit atau separuh dari penjualan normal di Januari-Februari. 

Namun, sejak diskon PPnBM berlaku di Maret dan diperpanjang hingga Agustus, realisasi penjualan wholesales mobil baru hingga Juli naik 60,8% secara tahunan atau mencapai 460.105 unit. 

Baca Juga: Hingga pertengahan Agustus 2021 realisasi insentif pajak mencapai Rp 51,97 triliun

Penjualan ritel juga masih tumbuh 38,5% secara tahunan mencapai 451.872 unit.

Penjualan wholesales mobil di luar merek dagang Astra juga melesat 122,3% yoy di Juli menjadi 33.672 unit. Sementara pertumbuhan dari Januari-Juli sebesar 59,1% yoy dengan jumlah 217.325 unit.  

Pemain terbaik yang menjadi kontributor terbesar dari penjualan merek di luar Astra adalah, Mitsubishi setelah mencatatkan pertumbuhan penjualan 186,8% secara bulanan di Juli dan tumbuh 76,8% secara tahunan hingga Juli 2021.

Saat ini, pemerintah memang belum memberikan sinyal akan memperpanjang PPnBM 100%. Di September-Desember 2021, keringanan PPnBM yang di diskon pemerintah hanya 25%. 

Andrey Wijaya, Analis RHB Sekuritas mengatakan, jika insentif pajak yang berupa diskon pemerintah dipangkas, memang berpotensi membuat penjualan mobil secara bulanan melemah tipis. Namun, dia tetap optimistis target penjualan mobil sebesar 750.000 unit dapat tercapai. 

Faktor yang mendukung target penjualan mobil tetap tercapai adalah relaksasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). "Pertumbuhan ekonomi dan daya beli konsumer bisa terdorong naik saat relaksasi PPKM," jelas Andrey, Jumat (27/8). 

Sokongan bagi sektor otomotif juga datang dari sektor pembiayaan yang lebih murah lantaran suku bunga yang masih rendah. 

Senada, Achmad Yaki, Analis BCA Sekuritas mengatakan, penjualan mobil di semester kedua memang tidak akan setinggi penjualan di sepanjang semester I-2021 jika relaksasi pajak tidak diperpanjang. 

"Cenderung lebih soft penjualan di sisa tahun jika PPnBM tidak diperpanjang," kata Achmad.  Namun, dia tetap yakin penjualan mobil di tahun 2021 masih akan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. 

Selain itu Achmad bilang, jika kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) diperlonggar, maka banyak varian mobil yang akan mendapatkan insentif pajak lainnya. 

Baca Juga: Bulan terakhir relaksasi PPnBM, ini kata para bankir

Namun, dia berharap, penjualan ekspor bisa menjadi faktor yang membantu pertumbuhan penjualan mobil. Achmad mengamati daya beli memang belum sepenuhnya pulih, tetapi penjualan ekspor mulai meningkat di semester I-2021. 

Di antara emiten sektor otomotif, Andrey masih menjagokan saham PT Astra International (ASII). Dia percaya ASII menjadi perusahaan yang paling diuntungkan dengan adanya pemulihan ekonomi nasional. Selain itu, jika dilihat dari valuasi harga sahamnya, ASII relatif murah dan menarik. 

Kompak, Achmad juga mengunggulkan ASII karena varian produk yang mendapatkan insentif PPnBM lebih banyak dari kompetitornya PT Indomobil Sukses Internasional (IMAS). 

"Dividen yang rutin ASII berikan tiap tahun dan dengan PER saat ini sekitar 11,58 kali berarti masih di bawah rata-rata PER sejak 2018 di sekitar 14,46 kali membuat ASII menarik," jelas Achmad. 

Kompak, Achmad dan Andrey merekomendasikan beli ASII dengan target harga di Rp 5.850 dan Rp 6.900 per saham. Sementara, Achmad juga merekomendasikan beli untuk IMAS dengan target harga Rp 1.200 per saham.

 
ASII Chart by TradingView

Selanjutnya: The Fed mempertahankan suku bunga rendah, berikut efeknya ke IHSG

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari