KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas nikel diperkirakan masih cukup bertenaga ke depan. Solidnya harga nikel membawa dampak positif bagi PT Vale Indonesia Tbk (
INCO). Analis Panin Sekuritas Felix Darmawan merekomendasikan beli saham INCO dengan menaikkan target harga menjadi Rp 8.700 dari sebelumnya di Rp6.100. Sejalan dengan hal ini, Felix masih mempertahankan outlook positif untuk INCO. Outlook ini didukung oleh sejumlah faktor. Pertama, harga nikel yang tetap tinggi, mengindikasikan kelanjutan peningkatan harga jual rata-rata atau
average selling price (ASP) milik INCO.
Panin Sekuritas memperkirakan harga nikel sepanjang tahun 2022 dapat terus bertahan di level US$ 20.000 per ton, naik dari rata-rata harga pada tahun lalu yang hanya US$ 18.462 per ton. Kenaikan proyeksi harga rata-rata ini seiring dengan panasnya tensi antara Rusia - Ukraina dan berkembangnya industri baterai mobil listrik atau
electric vehicle (EV).
Baca Juga: Kantong Tebal Vale Indonesia (INCO) Berkat Tingginya Nikel Asal tahu, INCO mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 13,8% secara tahunan menjadi US$ 235 juta pada kuartal pertama 2022. Hal ini didorong oleh peningkatan ASP nikel sebesar 13,4% secara kuartalan menjadi US$ 17.432 per ton. Kenaikan ASP ini mengompensasi turunnya produksi nikel sebesar 9% secara tahunan menjadi 13.827 metrik ton serta penjualan nikel matte sepanjang periode yang juga menurun 9,2% secara tahunan menjadi 13.486 metrik ton. Sementara itu, margin laba kotor tercatat meningkat menjadi 39,4% dari sebelumnya hanya 25,1% di periode kuartal pertama 2021. Lagi-lagi,kenaikan margin ini disebabkan peningkatan ASP dan penurunan beban pokok pendapatan. Kedua, adanya potensi peningkatan performa operasional INCO setelah selesainya pembangunan kembali (
rebuilding) tanur 4 dan proyek High Pressure Acid Leach (HPAL) Pomalaa.
Baca Juga: Analis Bahana Sarankan Buy Saham INCO, Simak Penjelasannya Pada akhir April 2022, INCO menggandeng Huayou Cobalt (Huayou) untuk mengembangkan fasilitas pengolahan HPAL di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. INCO menargetkan proyek HPAL Pomalaa dapat selesai dalam kurun waktu tiga tahun ke depan. Sementara itu, untuk proyek Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) Bahodopi saat ini sudah memasuki tahap akhir Final Investment Decision (FDI) yang ditargetkan bisa rampung pada kuartal kedua 2022. Patut diketahui, kapasitas produksi RKEF Bahodopi tersebut diperkirakan mencapai 73.000 metrik ton. INCO mengempit 49% saham di proyek tersebut. Ketiga, outlook INCO juga didukung oleh posisi neraca yang sehat yang tercermin dari posisi net cash.
Namun patut diketahui, INCO memiliki target produksi yang cenderung stagnan (flat). Sehingga peningkatan pendapatan di tahun 2022 hanya ditopang oleh peningkatan harga jual rerata atau ASP. Sebagai gambaran, INCO telah mengumumkan target produksi sepanjang tahun 2022 yang berada di level 65.000 ton, naik tipis dari realisasi produksi pada tahun 2021 yakni 64.000 ton. Target produksi yang flat ini akibat adanya pembangunan kembali tanur 4. Proyek tersebut ditargetkan selesai pada Juli 2022. “Sehingga ke depannya kami melihat produksi akan mengalami normalisasi,” tulis Felix dalam riset, Senin (6/6). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari