Simak Rekomendasi Saham WSKT, di Tengah Kinerja yang Dinilai Belum Optimal



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) berhasil mencatatkan pertumbuhan topline sepanjang semester I-2022. Sayangnya, dari sisi bottom line, emiten pelat merah ini justru mencatat rugi bersih pada periode yang sama. 

Sebenarnya, pada kuartal II-2022, WSKT berhasil membukukan laba bersih Rp 594 miliar atau naik 196,7% secara year on year. Namun, sepanjang enam bulan pertama tahun ini, WSKT masih membukukan rugi bersih Rp 236,5 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, emiten konstruksi ini masih membukukan laba bersih Rp 154,1 miliar. 

Rugi bersih didapat Waskita Karya saat pendapatan di semester I-2022 ini justru berhasil mengalami kenaikan 29,1% secara tahunan menjadi Rp 6,1 triliun. 


Baca Juga: Ini Penyebab Waskita Karya (WSKT) Cetak Rugi Bersih di Semester I-2022

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menilai, beban utang WSKT menjadi penyebab utama bottom line perseroan menjadi negatif. Hal ini terlihat dari beban keuangan WSKT semester I-2022 yang sebesar Rp 1,9 triliun, jauh lebih besar daripada laba kotor yang diperoleh yaitu Rp 657 miliar. 

“Bahkan pelepasan beberapa ruas tol tahun ini belum cukup untuk menutup beban operasional. Hal ini menunjukkan bahwa secara operasional pun kinerja WSKT masih jauh dari yang diharapkan para investor,” kata Pandhu ketika dihubungi Kontan,co.id, Senin (8/8).

Menurutnya, struktur permodalan tersebut harus segera diperbaiki oleh WSKT, karena sudah berada di level yang cukup mengkhawatirkan seiring rasio DER saat ini mencapai 3,9x. Walaupun level tersebut sudah lebih baik dibanding tahun lalu, sayangnya dinilai masih belum cukup sehat. 

Menurutnya, langkah yang akan diambil WSKT dengan berencana melakukan right issue kembali tahun ini, bisa menjadi salah satu solusi. Setelah tahun lalu perseroan gagal mencapai target perolehan dana, right issue perlu dilakukan segera karena semakin ditunda maka akan semakin banyak aset yang terpaksa dilepas untuk menutup utang jatuh tempo. 

Jika sampai hal tersebut terjadi, maka WSKT akan terancam kehilangan aset produktif, yang tentu saja akan menimbulkan masalah baru karena pendapatan akan ikut menyusut. 

“Oleh karena itu, jika berkaca dari kinerja, sejauh ini WSKT belum cukup menarik untuk dilirik, karena masih perlu banyak perbaikan,” imbuhnya.

Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) Bukukan Kontrak Baru Rp 9,31 Triliun pada Semester I-2022

Di satu sisi, ia melihat, sentimen positif seperti dimulainya proyek IKN yang membutuhkan banyak pembangunan, lalu periode semester kedua di mana siklus proyek infrastruktur mulai ramai, hingga pulihnya ekonomi nasional diharapkan bisa mendongkrak kinerja WKST ke depan. 

Oleh karena itu, dengan outlook yang masih cenderung negatif, Pandhu saat ini belum rekomendasikan beli saham WSKT. Menurutnya, kinerja semester kedua belum cukup meyakinkan meski secara valuasi, WSKT sebenarnya sudah cukup rendah. 

“WSKT lebih menarik untuk trading jangka pendek dahulu karena secara teknikal mulai menarik setelah beberapa waktu konsolidasi dan mulai menunjukkan tanda-tanda penguatan. Saat ini, support WSKT ada di level Rp 500 dengan resistance di level Rp 600 per saham,” tutup Pandhu.

Pada perdagangan Senin (8/8), saham WSKT ditutup menguat 5 poin atau 0,93% ke Rp 545 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi