KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi pembelian kembali (
buyback) saham masih ramai menjelang akhir Mei. Ada yang baru mengumumkan rencana untuk menggelar
buyback, ada pula yang sudah mendapatkan restu dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Emiten yang baru menginformasikan rencana
buyback di antaranya ada PT Trimegah Bangun Persada Tbk (
NCKL). Emiten yang juga dikenal sebagai Harita Nickel bakal mengalokasikan dana hingga Rp 400 miliar untuk membeli kembali sahamnya. NCKL akan terlebih dulu meminta restu dalam RUPS Tahunan pada 27 Juni 2024. Manajemen Harita Nickel mengungkapkan pertimbangan melakukan
buyback adalah harga pasar saham NCKL saat ini dinilai belum mencerminkan nilai yang sesungguhnya.
"Berdasarkan alasan tersebut, maka Perseroan dapat memiliki fleksibilitas dan mekanisme untuk menjaga stabilitas harga pasar saham Perseroan," ungkap manajemen NCKL dalam keterbukaan informasi, Selasa (21/5). Sehari sebelumnya, PT Provident Investasi Bersama Tbk (
PALM) mengungkapkan aksi korporasi serupa. PALM menganggarkan dana hingga Rp 80,61 miliar untuk memborong sebanyak-banyaknya 162 juta saham atau 1,03% dari seluruh moda ditempatkan dan disetor penuh.
Baca Juga: SimInvest: Pertumbuhan Ekonomi Bisa Tembus 5,2%, IHSG Berpotensi Sentuh 7.800 Emiten lain yang baru-baru ini mengumumkan akan menggelar
buyback adalah PT Electronic City Indonesia Tbk (
ECII) dengan alokasi dana sebesar Rp 20 miliar. Kemudian PT Data Sinergitama Jaya Tbk (
ELIT) dengan anggaran Rp 2 miliar dan PT Quantum Clovera Investama Tbk (
KREN) dengan alokasi dana maksimal Rp 50 miliar. Di samping yang baru mengumumkan rencana buyback, ada pula emiten yang baru-baru ini mengantongi restu dari para pemegang sahamnya. Seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) dengan alokasi dana yang cukup jumbo yakni Rp 4 triliun, untuk periode
buyback dalam jangka waktu 12 bulan sejak 16 Mei 2024. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (
INTP) juga telah mendapat persetujuan RUPS untuk memulai periode buybak pada 15 Mei 2024 sampai dengan 31 Desember 2024. Emiten semen ini menyiapkan dana hingga Rp 895 miliar untuk membeli kembali sahamnya. Founder Stocknow.id Hendra Wardana menyoroti ramainya aksi
buyback saham kali ini tidak hanya dilakukan oleh emiten-emiten berskala besar dengan alokasi dana yang jumbo, tapi juga oleh emiten skala menengah-kecil. Termasuk emiten yang sedang berada di papan pemantauan khusus yakni KREN. Hendra pun menyarankan pelaku pasar untuk lebih selektif dalam melirik saham-saham yang akan dan sedang menggelar
buyback. Secara umum, pelaksanaan
buyback baik oleh emiten berskala besar maupun kecil merupakan bentuk optimisme manajemen terhadap prospek perusahaan. Dengan begitu, aksi ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor, dan biasanya bisa berdampak positif terhadap harga saham. Tapi Hendra mengingatkan emiten kecil akan lebih rentan terhadap fluktuasi pasar dan keadaan ekonomi global.
Baca Juga: Papan Utama dan Pengembangan Alami Rotasi, Ini Rekomendasi Saham dari Analis Kemudian untuk kasus tertentu, perlu menilik lebih jauh bagaimana komitmen emiten menyelesaikan masalah yang membuatnya terjerumus ke papan pemantauan khusus. "Emiten di papan pemantauan khusus seringkali memiliki masalah fundamental atau operasional.
Buyback mungkin menjadi usaha manajemen mengatasi itu, tapi investor perlu lebih berhati-hati," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Kamis (23/5). Hendra menilai, aksi
buyback juga bukan solusi untuk menyelesaikan masalah fundamental. Dus, investor perlu tetap mencermati performa bisnis dan prospek kinerja perusahaan, termasuk kondisi keuangan dan bagaimana strategi emiten dalam mengelola sisa kas yang dimilikinya. Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni menyarankan di tengah kondisi fluktuasi pasar saham saat ini, investor lebih baik melakukan
selective buying. Di antara saham-saham yang akan dan sedang menggelar
buyback, Agung menjagokan saham NCKL, ADRO dan ECII.
Sedangkan Hendra melirik saham NCKL, ADRO dan INTP. Rekomendasi Hendra, trading buy NCKL di level Rp 1.060 - Rp 1.070 untuk target harga Rp 1.205 - Rp 1.350, dan pertimbangkan stoploss jika tembus Rp 1.030. Selanjutnya, trading buy ADRO di harga Rp 2.900 - Rp 2.920 untuk target harga Rp 3.160 - Rp 3.280, dan stoploss jika tembus Rp 2.840. Lalu, buy on breakout INTP di level Rp 7.200 untuk target harga Rp 7.875 - Rp 8.900, dan stoploss jika tembus ke Rp 6.800 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari