Simak rekomendasi sejumlah analis untuk saham Bank CIMB NIaga (BNGA)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Bank CIMB Niaga (BNGA, anggota indeks Kompas100 ini) di kuartal I 2019 berhasil tumbuh di tengah pendapatan bunga bersih atau net interest margin yang tumbuh melambat.

Analis memproyeksikan potensi kenaikan harga saham BNGA masih bisa terjadi didukung dengan valuasi murah dan perbaikan non performing loan (NPL).

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I 2019, BNGA berhasil catatkan kenaikan laba bersih sebesar 7,7% secara tahunan ke Rp 944 miliar.


Erni Marsella Siahaan, Analis Ciptadana Sekuritas Asia mengamati kenaikan laba bersih karena didukung biaya provisi atau cadangan yang menurun sebesar 16% secara tahunan.

Selain itu, laba bersih naik juga karena didukung pendapatan non bunga yang naik 4,0% secara tahunan menjadi Rp 1,03 triliun. Penurunan biaya kredit sebesar 19 basis poin atau dari 1,79% ke 1,6% juga turut mengangkat laba bersih BNGA naik.

Namun, di kuartal pertama tahun ini, BNGA tidak disokong penuh dari NIM yang hanya bergerak naik 0,13% secara tahunan. Nyatanya, pertumbuhan beban bunga jauh lebih tinggi dari pendapatan bunga.

"Interest income tumbuh 4,8%, sedangkan interest expense tumbuh 11,9% akibatnya NIM hanya tumbuh flat 0,2%," kata Analis Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma, Kamis (9/5).

Di sisi lainnya, pertumbuhan kredit BNGA tercatat naik 5,6% secara tahunan di kuartal I 2019. Segmen yang banyak menyokong pertumbuhan kredit adalah mortgage yang naik 13% secara tahunan dan korporasi yang naik 7% secara tahunan.

Suria menilai angka pertumbuhan tersebut tidak terlalu tinggi. Sementara, Erni berharap pertumbuhan pinjaman bisa dipercepat ke 6,6% di tahun ini.

Di kuartal I 2019, BNGA mencatat penurunan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 0,5% secara tahunan. Sehingga loan to deposit ratio (LDR) berada di level tinggi 98,7%.

Suria mengatakan level LDR tersebut cukup tinggi sudah di atas batas Bank Indonesia yang berarti BNGA mengalami likuiditas ketat.

Meski begitu, secara keseluruhan, Suria memproyeksikan harga saham BNGA masih bisa merangkak naik dan memiliki peluang ke Rp 1.200 per saham di tahun ini.

Suria mengatakan salah satu sentimen positif yang bisa mendongkrak kinerja BNGA ke depan adalah NPL yang membaik. Di kuartal I 2019 NPL CIMB Niaga sudah membaik jadi 3,04% dibandingkan dengan periode tahun lalu yang berada di 3,11% atau pada kuartal I 2018 yang sebesar 3,51%.

Erni menambahkan, BNGA juga melakukan write off atau proses penghapusan baik utang maupun piutang yang belum terbayarkan tetapi sudah tidak mampu dibayarkan kembali sebesar Rp 4 miliar di kuartal I 2019.

"Dengan NPL yang membaik dan write off yang dilakukan bank jadi mampu menebalkan loan loss coverage menjadi 112% di kuartal I 2019," kata Erni, dalam riset 26 April 2019.

Loan mix yang lebih banyak terdiri dari pinjaman korporasi dan mortgage akan membuat kinerja CIMB Niaga membaik dalam mengurangi risiko kredit, dibanding dengan dominasi loan mix yang besar pada segmen UKM.

Erni mempertahankan rekomendasi buy untuk BNGA di target harga Rp 1.520 per saham karena menyukai perbaikan kualitas aset. Erni mengungkapkan BNGA akan mendapatkan keuntungan dari tren penurunan suku bunga, mengingat sensitivitas bank pada biaya pendanaan.

Apalagi, valuasi BNGA saat ini sangat menarik berada 0,6 kali di bawah nilai perdagangan historis di 0,8 kali.

Hingga akhir tahun, Erni memproyeksikan net interest income BNGA bisa tumbuh ke Rp 12,16 triliun. dengan net profit yang tumbuh ke Rp 3,6 triliun.

Senada, Suria mengatakan memang return on equity (ROE) BNGA relatif lebih rendah dibandingkan bank-bank lain khususnya dibandingkan dengan bank besar.

"Saya tidak punya target harga tetapi mungkin seharusnya harga berada di sekitar Rp 1.200 per saham," kata Suria.

Senada, Ferry Latuhihin Investment Analyst Tanamduit mengatakan, pertumbuhan earning per share (EPS) BNGA masih bisa tumbuh di atas 5%. "Likuiditas memang lagi kering tetapi intinya BNGA is too much undervalued," kata Ferry, Kamis (9/5).

Sementara, James Nugroho Analis PT Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia merekomendasikan hold di target harga Rp 1.550 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto