Simak Rencana Bisnis Adaro Minerals (ADMR) di Tahun 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) memaparkan rencana bisnis di tahun 2024. Proyek pembangunan pabrik pengolahan atau smelter aluminium milik ADMR masih berlangsung dan ditargetkan mulai produksi pada tahun depan. 

Direktur Adaro Minerals Wito Krisnahadi mengatakan, proyek smelter aluminium Grup Adaro dengan kapasitas produksi tahap I sebesar 500.000 ton ingot (batangan aluminium). Smelter ini akan beroperasi bertahap secara komersial mulai kuartal III-2025.

“Produksi dari smelter ini akan mulai dikonsolidasikan pada tahun 2026,” ujarnya dalam konferensi pers usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) ADMR, Selasa (14/5).


Sebelumnya, Hyundai Motor Company memutuskan tidak melanjutkan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) pembelian aluminium dari ADMR. ADMR mengakui pembicaraan terjalin pada bulan November 2022 saat perhelatan rangkaian acara G20 di Bali.

Baca Juga: Rupiah Masih Lemah Terhadap Dolar AS, Begini Kata Adaro Minerals (ADMR)

Di dalam MoU tersebut, Hyundai Motor Company berhak membeli ketersediaan aluminium yang diproduksi oleh PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI), anak perusahaan ADMR pada tahap operasi.

Kala itu, diprediksi Hyundai mampu menyerap 50.000 tonnes per annum (TPA) hingga 10.000 TPA aluminium. Namun, jumlah volume pembelian dan harga pembelian belum ditentukan sampai MoU dihentikan pada November 2023. Sehingga, tidak ada kerugian apa pun dari keputusan tidak dilanjutkannya kesepakatan ini.

Wito menyebutkan, ADMR dan Hyundai sama-sama sepakat tidak memperpanjang MoU. Alasannya, Hyundai masih menunggu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

“Masing-masing pihak (ADMR dan Hyundai) tidak memperpanjang MoU tersebut. Mungkin nanti di lain kali bisa ada kerja sama berikutnya. Tapi saat ini kami melihat belum ada kebutuhan untuk diperpanjang,” ungkapnya.

Baca Juga: Bukan Untuk Dividen, Ini Penggunaan Laba Bersih Adaro Minerals (ADMR) Tahun 2023

Presiden Direktur ADMR, Christian Ariano Rachmat mengatakan, pihaknya masih akan mencoba untuk melakukan produksi aluminium sesuai rencana, yaitu dengan menggunakan coal power plant atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Tetapi setelah PLTA berhasil dibangun, ADMR akan memulai produksi green aluminium.

"Pada tahap I pembangunan smelter aluminium, kami masih produksi pakai coal power plant. Tujuan awal ini untuk mengurangi impor dan dolar AS yang keluar dari Indonesia," ujarnya dalam kesempatan yang sama. 

Wito menyebutkan, saat ini sudah ada beberapa pihak yang berpotensi menjadi pembeli setelah MoU dengan Hyundai berakhir.

“ADMR telah diminta oleh berbagai pihak untuk menjual aluminiumnya ke mereka,” tuturnya

Baca Juga: Adaro Minerals Tak Bagi Dividen Tahun Buku 2023, Ini Alasannya

Dia mengatakan, saat ini telah ada tiga traders besar yang tertarik dengan aluminium ADMR. Dua di antaranya sudah melakukan penandatanganan MoU. Sementara, satu traders masih dalam proses penjajakan.

"Ada beberapa end consumer juga yang menghubungi kami, meminta produk kami yang akan diproduksi tahun depan," ungkapnya.

Selain berfokus pada penyelesaian proyek smelter aluminium ini, Adaro Minerals juga akan melirik peluang lain di mineral atau logam lain dalam rangka mendukung hilirisasi yang digaungkan oleh pemerintah.

"Kami mengkaji mineral-mineral lain yang peluangnya besar. Yang jelas, ADMR menekankan adanya keunikan dalam pemilihan mineral baru tersebut,” paparnya.

Menurut catatan Kontan.co.id, smelter aluminium ini berada di bawah naungan PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI), di mana ADMR menguasai 65% saham Kalimantan Aluminium Industry. 

Sehingga, nantinya ADMR berhak atas laba yang dihasilkan oleh Kalimantan Aluminium Industry yang akan disalurkan melalui dividen. 

Baca Juga: ADRO hingga PTBA, Ini Rekomendasi Saham Batubara Pilihan Usai Rilis Kinerja Kuartal I

Smelter ini akan menjadi batu loncatan transformasi green business Adaro Group. Bahan baku smelter ini dapatkan dari alumina refinery, sebelum akhirnya diolah menjadi aluminium.

Pembangunan smelter ini akan dilakukan dalam 3 tahap, dengan kapasitas masing-masing tahap smelter berjumlah 500.000 ton. Sehingga, jika nantinya rampung, smelter aluminium ini memiliki kapasitas hingga 1,5 juta ton aluminium per tahun. ADMR mengalokasikan belanja modal senilai US$ 2 miliar untuk pembangunan smelter tahap I ini.

Direktur ADMR Heri Gunawan mengatakan, modal belanja alias capital expenditure (capex) ADMR menyiapkan sekitar US$ 175 juta - US$ 250 juta di tahun 2024.

“Ini akan difokuskan untuk investasi ekuitas di smelter aluminium PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) serta proyek-proyek infrastruktur di PT Maruwai Coal (MC),” ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Heri juga mengatakan, bahwa produksi dan penjualan aluminium akan dikonsolidasikan pada tahun 2026. Nantinya, kontribusi dari penjualan aluminium akan sebanyak 50% terhadap pendapatan ADMR secara keseluruhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati