Simak Rencana Bisnis Pertamina Geothermal Setelah Gelar IPO



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) berambisi untuk menjadi perusahaan renewable energy kelas dunia setelah melantai di bursa saham. Untuk itu, perusahaan akan juga ekspansi ke luar negeri untuk mengembangkan bisnis energi bersih.

Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto mengungkapkan bahwa pihaknya akan sangat mempertimbangkan untuk ekspansi luar negeri karena mimpi PGEO adalah menjadi perusahaan energi bersih kelas dunia.

"Jika ada opportunity dan sesuai dengan strategi kami yang akan meluaskan bisnis, tentu akan kami pertimbangkan (ekspansi ke luar negeri)," ungkap dia dalam paparannya secara virtual, Senin (20/2).


Ia menjelaskan, dalam waktu lima tahun ke depan perusahaan akan mengembangkan 600 Megawatt (MW) di wilayah kerja yang saat ini telah dimiliki perusahaan. Saat ini perusahaan mengoperasikan 672 MW secara mandiri dan 1,8 GW dioperasikan dengan mitra.

Ahmad mengatakan, saat ini perusahaan memiliki 13 wilayah kerja panas bumi yang tersebar di berbagai daerah. PGEO merupakan pemegang wilayah kerja panas bumi terbesar di indonesia.

"Dari Sumatra, Jawa, Bali, dan Sulawesi Utara. Persebaran yang sangat luas menempatkan PGEO memiliki posisi yang sangat bagus," terang dia.

Kata dia, dengan penyebaran yang merata itu maka kebutuhan energi bersih di berbagai wilayah bisa dilakukan oleh PGEO. Melalui pengemgangan panas bumi bisa memberikan kontribusi yang sangat penting bagi ketahanan energi.

"Wilayah bisa terlibat langsung pemanfaatan energi dan bisa memenuhi kebutuhan energi bersih," ujar Ahmad.

Saat ini, kata Ahmad, pihaknya mengusai bisnis pembangkitan dan juga pengelolaan uap panas bumi. Dengan keahlian mengelola Wilayak Kerja Kamojang di Jawa Barat selama 40 tahun maka secara kapasitas perusahaan sangat ahli dalam bidang panas bumi.

Saat ini PGEO menjual listrik dan juga uap kepada PLN. Kedepannya nanti PGEO bisa juga untuk mengelola dari hulu sampai hilir agar bisa lebih efesien dalam berbisnis. "Soal tim yang kami punya tentu sangat ahli dalam bidang uap, pembangkitan, dan pengembangan sumur," terang Ahmad.

Ahmad menjelaskan, pihaknya juga tidak khawatir dengan fluktuasi harga komoditas karena untuk mengoperasikan pembangkit panas bumi tidak diperlukan bahan baku. Dengan demikian ongkos produksi dari panas bumi sangat kompetitif atau lebih rendah dibandingkan dengan pembangkit jenis lain.

Kelebihan lain adalah, bisnis panas bumi ini juga tidak perlu menambah investasi untuk mengurangi karbon. Sebaliknya malah bisnis panas bumi sangat bersih dan bisa berkontribusi dalam net zero emisi.

"Perlu diingat pembangkit panas bumi ini base load, beroperasi 24 jam dan setiap hari," kata dia.

Seperti diketahui Per kuartal III-2022, pendapatan PGE mencapai US$ 287 juta, tumbuh 3,9%. Sejalan dengan itu, PGE membukukan kenaikan laba bersih signifikan, sebesar 67,8% menjadi US$111 juta.

Net profit margin (NPM) juga melesat dari 24% per kuartal III-2021 menjadi 38,8% per akhir kuartal III/2022. Kinerja solid PGE didukung kesepakatan kontrak jangka panjang atau rata-rata di atas 20 tahun dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)

Direktur Keuangan PGE Nelwin Aldriansyah mengungkapkan dari pengoperasikan pembangkit panas bumi 672 MW sebesar 342 MW adalah penjualan uap ke PLN. Sedangkan sisanya adalah penjualan listrik ke PLN. "Penjualan listrik 48%," kata dia.

Tetapi, karena harga listrik baik, maka perusahaan mendapat pendapatan yang bagus dari PLN. Sehingga, kata Nelwin, kontribusi listrik ke pendapatan bisa 60% dari total revenue PGE dan 40% penjualan uap total PGE.

Ahmad menjelaskan, dengan berinvestasi pada PGEO maka kita sudah membawa bendera Indonesia ke kancah internasional sebagai perusahaan energi bersih kelas dunia. "Ini adalah investasi indonesia dan generasi indonesia bagaimana menyediakan energi bersih merawat indonesia membantu indonesia zero emisi," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari