KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio harga saham terhadap laba per saham alias price to earnings ratio (PER) biasanya dijadikan salah satu pertimbangan investor untuk melihat fundamental perusahaan. Di dalam Indeks LQ45 terdapat sejumlah saham yang memiliki PER yang rendah, bahkan minus. Berikut, analis merekomendasikan sejumlah saham dalam indeks LQ45 dengan PER rendah. Pada Senin (14/1), saham-saham dengan PER minus dan terkecil di indeks LQ45 dipimpin oleh PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dengan PER -69,58 kali, kemudian secara berturut-turut ada PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PER -122,22 kali, PT Indika Energy Tbk (INDY) dengan PER 1,99 kali, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dengan PER 5,06 kali, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) dengan PER 5,43 kali, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan PER 6,34 kali. Menurut analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan, penggunaan PER bisa dijadikan pertimbangan untuk melihat kinerja emiten perusahaan karena PER dihitung dari laba per saham perusahaan. “Sebetulnya bisa dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Jika PER lebih rendah, bisa dikatakan harga saham emiten tersebut murah. Akan tetapi, ada kondisi ideal dimana PER di bawah 30 umumnya harga saham undervalued. Sementara jika di atas itu, ada kemungkinan overvalued,” kata Valdy kepada Kontan.co.id, Senin (14/1).
Simak saham LQ45 dengan PER terendah pilihan analis berikut
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio harga saham terhadap laba per saham alias price to earnings ratio (PER) biasanya dijadikan salah satu pertimbangan investor untuk melihat fundamental perusahaan. Di dalam Indeks LQ45 terdapat sejumlah saham yang memiliki PER yang rendah, bahkan minus. Berikut, analis merekomendasikan sejumlah saham dalam indeks LQ45 dengan PER rendah. Pada Senin (14/1), saham-saham dengan PER minus dan terkecil di indeks LQ45 dipimpin oleh PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dengan PER -69,58 kali, kemudian secara berturut-turut ada PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PER -122,22 kali, PT Indika Energy Tbk (INDY) dengan PER 1,99 kali, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dengan PER 5,06 kali, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) dengan PER 5,43 kali, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan PER 6,34 kali. Menurut analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan, penggunaan PER bisa dijadikan pertimbangan untuk melihat kinerja emiten perusahaan karena PER dihitung dari laba per saham perusahaan. “Sebetulnya bisa dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Jika PER lebih rendah, bisa dikatakan harga saham emiten tersebut murah. Akan tetapi, ada kondisi ideal dimana PER di bawah 30 umumnya harga saham undervalued. Sementara jika di atas itu, ada kemungkinan overvalued,” kata Valdy kepada Kontan.co.id, Senin (14/1).