KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah masih mendorong laju pembangunan infrastruktur untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Pada 11 Oktober 2018, akan ditandatangani 21 proyek infrastruktur 12 BUMN dengan total nilai proyek sekitar US$ 13,6 miliar. Penandatanganan tersebut mencerminkan tingginya minat investor domestik dan luar negeri untuk berinvestasi pada sektor infrastruktur di Indonesia. Head of Research Astronacci International Anthonius Edyson menilai dari sisi teknikal, rata-rata saham sektor infrastruktur masih dalam tren bearish dan cenderung berlanjut melemah. Secara year to date, indeks sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi masih turun 14,16%, lebih besar daripada penurunan IHSG sebesar 9,36% pada periode yang sama. "Kemungkinan upside jangka pendek ada, untuk rebound sementara. Infrastruktur cenderung melemah, kalaupun ada rebound mungkin bulan depan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (9/10).
Untuk jangka panjang, Anthonius menilai prospek emiten infrastruktur masih cukup positif. Tahun politik 2019, juga dinilai tidak akan mengganggu prospek kinerja emiten infrastruktur tersebut. "Siapapun presidennya, infrastruktur tetap akan memiliki banyak proyek. Jadi 2019, seharusnya bisa baik untuk infrastruktur," ungkapnya. Secara teknikal, sektor infrastruktur cenderung masih melemah. Bahkan, untuk jangka pendek saham infrastruktur dinilai belum layak jadi pilihan utama investor. Menurutnya, hanya beberapa emiten saja yang memiliki potensi kenaikan karena sudah memasuki area support. "Ini artinya pelemahan mulai terbatas dan bersiap kembali rebound untuk jangka pendek bagi saham saham seperti PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP), PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan PT Semen Indonesia (SMGR)," kata Anthonius.