KONTAN.CO.ID - JAKARTA. IHSG selama sepekan kemarin, tercatat tiga kali ditutup turun. Sejumlah saham juga mencatatkan penurunan. Namun hal itu cukup terobati dengan kenaikan indeks pada perdagangan Senin (12/2). Sejumlah saham pun kembali mendaki. Di tengah-tengah indeks yang terkoreksi tersebut, cukup menggiurkan untuk mulai masuk ke saham tertentu. Tapi apakah level saham tersebut sudah mewakili harga termurah? Apa saja saham yang secara
price to earning ratio (PER) dan
price to book value (PBV) menarik? Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas menyatakan, emiten dengan PER di bawah 15 kali menarik untuk dicermati. Meski demikian, perlu juga melihat fundamental emiten tersebut. "Tren teknikal selama beberapa waktu juga dicermati," kata Nafan, Senin (12/2).
Dia menjagokan beberapa emiten, diantaranya AALI dengan PER 13,18 kali dan PBV 1,36 kali. Lalu, ASII dengan PER 17,71 kali dan PBV 2,20 kali. Kemudian, TLKM dengan PER 16,66 kali dan PBV 3,46 kali. Saham UNTR dengan PER 18,71 kali dan PBV 2,98 kali. "Dari teknikalnya, masih menarik AALI karena sekarang sudah masuk akumulasi dan pola
uptrend ke depannya," lanjutnya. Nafan merekomendasikan akumulasi beli saham AALI dengan target harga jangka panjang pada Rp 15.425. Lalu, akumulasi beli saham ASII dengan target harga jangka panjang di Rp 9.150. Selanjutnya, beli saham TLKM dengan target pendek, menengah, dan panjang masing-masing pada level Rp 4.400, Rp 4.780, dan Rp 5.160. "
Buy on weakness (bow) saham UNTR dengan target harga jangka panjang pada Rp 43.725," sarannya. Rovandi, Senior Technical Analyst Trimegah Sekuritas menjagokan tiga saham, diantaranya PTBA dengan PBV di bawah 1 kali dan PER sekitar 5 kali. Lalu, DOID dengan PER 7,2 kali, dan PBV sebesar 2,6 kali. Meski PBV DOID cukup besar, namun nilainya masih lebih kecil bila dibandingkan dengan PBV sektor pertambangan sebesar 10,2 kali. Selain itu, SMRA juga cukup menarik secara teknikal, namun sudah punya PBV 2,5 kali. Secara teknikal,
long term saham ini masih cenderung baik dan bergerak pada channel
uptrend dan ada koreksi sehat. "Ada potensi Rp 1.300 mungkin sekitar Juli-Agustus sudah tercapai," lanjut Rovandi. Sementara, Robertus Yanuar Hardy, Research Analyst Kresna Sekuritas menyatakan, ada beberapa saham batubara yang menarik dicermati. Selain karena memiliki PER yang rendah, fundamental emiten juga cukup menarik. Diantaranya karena harga batubara Newscastle naik menjadi rata-rata US$ 106 per ton pada Januari 2018. Apabila dibandingkan, harga batubara pada Desember 2017 sebesar US$ 99 per ton, harga tahun ini terbilang cukup baik. "Sehingga kinerja keuangan emiten dipastikan masih akan bertumbuh positif pada tahun ini," kata Robertus, Senin (12/2).
Selain itu, sentimen lain pada sektor tersebut yakni adanya upaya solusi
win-win solution antara pemerintah dan pelaku industri terkait penetapan harga khusus bagi pembangkit listrik PLN. Harga batubara Newscastle menembus US$ 100, sedangkan harga jual PTBA sudah mencapai U$ 60. "Sehingga bila dipatok harga tersebut, kami yakin industri masih akan survive, bahkan masih akan bertumbuh signifikan," katanya.
Top pick saham pilihan Robertus, diantaranya rekomendasi
buy saham PTBA dengan target harga Rp 4.000 dengan PER 8,5 kali. Lalu,
buy ADRO dengan target harga Rp 2.650 dan PER 10 kali, serta
buy BUMI dengan target harga Rp 650 dan PER 6 kali. Teuku Hendry Andrean, Research Manager Shinhan Sekuritas Indonesia juga sepakat, sektor batubara menarik dicermati. Diantaranya yakni ADRO dengan PER 12 bulan sebesar 10,93 kali. Lalu, PTBA dengan PER sebesar 8,92 kali, dan ITMG dengan PER sebesar 9,85 kali. "Saham batubara outlooknya masih positif," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini