Simak Sejumlah Target Bursa Efek Indonesia (BEI) di Tahun 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menghadapi tahun 2022, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki sejumlah program untuk mendukung pasar modal Indonesia yang semakin bertumbuh seiring dengan penguatan ekonomi nasional.

Terdapat sejumlah indikator yang bursa targetkan pada tahun 2022, diantaranya asumsi rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) sebesar Rp 13,5 triliun.

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan, BEI juga memproyeksi jumlah pencatatan efek baru sebanyak 68 efek baru. Kemudian, dari sisi investor, BEI menharapkan terjadi penambahan jumlah investor baru sebanyak 30% dari 2021.


Laksono menyampaikan, sesuai Master Plan 2021-2025, tema pengembangan BEI tahun ini adalah memperluas produk dan partisipan hingga meningkatkan layanan non-cash equities.

“Sehingga, ada beberapa inovasi BEI yang dampaknya akan nyata terlihat ke pasar,” terang Laksono dalam acara TanyaIDX yang diunggah di akun youtube Indonesia Stock Exchange, Senin (14/2).

Baca Juga: 11 Emiten Akan Buyback Saham, Mana yang Menarik?

Inovasi yang diharapkan berdampak ke pasar seperti perlindungan investor yang kontinu, yakni implementasi Papan Pemantauan Khusus, sebagai lanjutan dari penerapan Daftar Efek dalam Pemantauan Khusus yang sebelumnya telah berlaku sejak Juli 2021. Hal ini sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor II-S tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas dalam Pemantauan Khusus.

BEI juga akan melakukan peningkatan pencatatan efek, melalui Enhancement e-Registration dan e-IPO sesuai masukan pelaku pasar dan mempermudah penggunaan sistem tersebut kepada publik, serta peningkatan disclosure, melalui enhancement IDXNet dan XBRL.

Selain itu, Laksono menyebutkan, inisiatif Bursa yang mendukung penerapan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola atau environmental, social and governance (ESG) pada tahun ini yaitu pengembangan perdagangan karbon dan skoring ESG atas perusahaan tercatat di BEI yang bekerjasama dengan sustainalytics.

“Kemudian, peningkatan perdagangan EBUS (efek bersifat utang dan sukuk) melalui enhancement fitur SPPA (sistem penyelenggara pasar Alternatif) sesuai masukan Pengguna Jasa SPPA, serta peluncuran produk baru, di antaranya adalah waran terstruktur dan indeks-indeks baru,” pungkas Laksono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari