Simak Sentimen yang Bakal Menggerakkan IHSG Pada Pekan Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan kedua tahun 2022 diprediksi masih mendapatkan sokongan dari perkembangan kasus Covid-19 varian Omicron, kebijakan ekspor batubara Indonesia, serta faktor kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS).

Equity Research Analyst MNC Sekuritas, Rifqi Ramadhan memperkirakan, IHSG untuk pekan depan berada di area resisten 6.755 dan suport di 6.593. Menurut dia, setidaknya ada tiga hal yang dapat menggerakkan IHSG selama sepekan.

Pertama, dari sisi sentimen global, rencana The Fed untuk mempercepat kenaikan suku bunga, yang dipicu oleh data inflasi AS yang tinggi. Selain itu, kenaikan yield US Treasury hingga 1,65% pada 4 Januari lalu juga berisiko memancing adanya capital outflow.


"Karena spread antara AS dan pasar domestik akan semakin dekat, ditambah risk yang ada pada negara AS lebih ringan dari emerging market county seperti Indonesia," jelas Rifqi saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (9/1).

Baca Juga: Menakar Prospek Saham Properti Tahun Ini Setelah Insentif Diperpanjang

Kedua, dari sisi domestik masih terkait dengan penanganan pandemi Covid-19. Kenaikan kasus harian (daily transmission) Covid-19 dari yang semula berada pada level di bawah 250 kasus per hari ditaksir bisa menjadi faktor yang mempengaruhi indeks selanjutnya.

Ketiga, kenaikan harga jual rerata atau average selling price (ASP) batubara. Diikuti naiknya demand terhadap batubara sebagai energi pembangkit listrik di beberapa negara. "Serta pemerintah akan mengizinkan ekspor bagi produsen batubara yang sudah memenuhi 76% sampai 100% dari target DMO (Domestic Market Obligation)," ujar Rifqi.

Sebagai informasi, IHSG ditutup naik 0,72% ke level 6.701,31 pada perdagangan Jumat (7/1). Alhasil, sepanjang pekan pertama 2022, IHSG terkerek 1,82% dibandingkan harga penutupan tahun 2021 di 6.581,48.

Sementara itu, Analis Phillips Sekuritas Helen menyampaikan, berdasarkan analisa teknikal, proyeksi IHSG pada Senin (10/1) berada pada rentang 6.660-6.725.

Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi IHSG antara lain perkembangan kasus varian Omicron, kenaikan harga komoditas tambang, serta masuknya dana asing ke bursa.

"Namun juga ada katalis yang bisa berpengaruh negatif seperti tapering The Fed," jelas Helen.

 
BBCA Chart by TradingView

Di sisi lain, analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya mengungkapkan, tidak ada rilis data ekonomi yang ditunggu oleh pasar di awal pekan, namun investor masih menanti hasil evaluasi kebijakan pemerintah terkait larangan ekspor batubara.

"Minggu ini mungkin bisa menguat hingga resisten 6.730-an lalu terkoreksi ke 6.600," ujar Cheryl.

Dia menambahkan, pasar bisa mencermati saham di sektor perbankan seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), serta saham di sektor peternakan seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).

Dihubungi terpisah, analis Teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyampaikan, investor dapat melakukan buy on weakness (BoW) maupun trading buy pada pekan ini pada sejumlah saham, yakni SAMF pada rentang Rp 1.180-Rp 1.220, MPPA di Rp 470-Rp 550, ACES pada level Rp 1.470-Rp 1.520, dan BNBA di Rp 3.730-Rp 4.150.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari