KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,55% ke level 5.979,215 pada perdagangan Rabu (14/7). Namun, investor asing mencatatkan aksi beli bersih senilai Rp 126,27 miliar di semua pasar. Analis Erdikha Elit Sekuritas Regina Fawziah menilai, pergerakan indeks pada hari Rabu cenderung tertekan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya yakni terkait tingkat inflasi Amerika Serikat (AS) yang sudah meningkat cukup signifikan. Angka pengangguran juga menurun jika dibandingkan dengan tahun lalu yang sempat naik hingga belasan persen. Kondisi ini membuat para investor bukan hanya domestik, namun regional dan juga Eropa, merasa khawatir bahwa The Fed akan mempercepat perubahan kebijakan moneternya.
Selain karena faktor eksternal, tertekannya pergerakan indeks dikarenakan tingkat kasus Covid-19 yang terus meningkat, bahkan hingga di atas 40.000 kasus per hari. Hal ini menimbulkan potensi adanya skenario perpanjangan periode PPKM Mikro Darurat yang sempat disampaikan dalam paparan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di DPR. Baca Juga: IHSG melemah 0,55% ke 5.979 pada perdagangan Rabu (14/7), asing catat net buy Pada Kamis (15/7), Regina menyebut terdapat sejumlah indikator dan katalis yang perlu diperhatikan oleh para pelaku pasar. Dari China, akan ada rilis angka gross domestic product (GDP) kuartal kedua yang diproyeksikan naik dibandingkan dengan sebelumnya, yakni sebesar 1,2% secara kuartalan. Sedangkan secara tahunan, GDP China diproyeksikan cenderung menurun, yakni 8,1% dari sebelumnya 18,3%. Masih dari China, juga akan rilis data penjualan eceran yang diproyeksikan akan tumbuh sebesar 11% dari 12,4%, serta tingkat pengangguran China yang diproyeksikan masih akan sama yakni 5%. Dari domestik, akan ada rilis data neraca perdagangan Indonesia bulan Juni yang diproyeksikan masih akan surplus di kisaran US$ 2,23 miliar dari sebelumnya US$ 2,37 miliar. Ada pula data ekspor Indonesia bulan Juni yang menurut konsensus Trading Economics akan tumbuh sedikit melambat, yakni 49,9% dari sebelumnya 58,76%. Kinerja impor juga diperkirakan tumbuh melambat dari sebelumnya 68,68% menjadi 51,35%.