Simak Sentimen yang Menyeret Pergerakan Rupiah di Pekan Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam pekan ini. Jumat (28/7), kurs rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 15.105 per dolar AS. Selama seminggu, rupiah melemah sekitar 0,52% dan secara harian melemah 0,70%.

Jumat (28/7), kurs rupiah Jisdor melemah 0,53% ke Rp 15.083 per dolar AS dari hari sebelumnya Rp 15.003 per dolar AS. Dalam sepekan, kurs rupiah Jisdor melemah 0,38%.

Awal pekan ini, rupiah cenderung menguat terhadap dolar AS karena ada pengumuman Pemerintah China mengenai pemberian stimulus dan juga pengumuman dari FOMC.


Namun, penguatan nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir tertutupi oleh pelemahan pada hari Jumat, karena ada sentimen yang datang dari AS terkait penguatan Produk Domestik Bruto (PDB) AS dan penurunan klaim pengangguran AS. Data-data tersebut memberikan sinyal bahwa ekonomi AS masih memungkinkan untuk mengalami pertumbuhan yang moderat.

PDB AS mencatat kenaikan sebesar 2,4% kuartalan, lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 1,8%, dan juga lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 2,0%.

Sementara itu, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim pengangguran turun sebanyak 7.000 dari minggu sebelumnya menjadi 221.000 pada pekan yang berakhir pada 22 Juli. Angka ini merupakan angka terendah dalam lima bulan, jauh di bawah ekspektasi pasar yang sekitar 235.000.

“Sejak malam lalu, sentimen tersebut memang menjadi determinan utama apresiasi dolar AS terhadap mata uang global,” ungkap Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada Kontan.co.id, Jumat (28/7).

Baca Juga: Rupiah Melemah, Begini Prospek Kinerja Emiten yang Punya Utang Dolar AS

Sutopo Widodo, Presiden HFX International Berjangka, menambahkan bahwa berita ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan, seperti data PDB kuartal II-2023, klaim pengangguran mingguan, dan penjualan rumah yang tertunda di bulan Juni, telah meningkatkan imbal hasil Treasury Note dan mendukung penguatan dolar.

Selain itu, pelemahan euro juga membuat dolar AS lebih kuat, setelah EUR/USD turun ke level terendah dua minggu akibat komentar dovish dari Presiden European Central Bank (ECB), Christine Lagarde.

“Indeks dolar AS mencapai level tertinggi dua minggu, sehingga memberikan tekanan pada rupiah,” kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (28/7).

Sutopo juga menyatakan bahwa rupiah kemungkinan akan terus melemah terbatas di pekan depan. Para pelaku pasar akan memantau laporan inflasi di Indonesia pada hari Selasa (1/8) dan rilis data PDB untuk mencari tanda-tanda pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Baca Juga: Menguat Di Perdagangan Jumat (28/7), Ini Review IHSG Selama Sepekan

Dari sisi eksternal, pasar akan mengamati laporan pekerjaan AS di pekan depan, yang sangat dinantikan oleh The Fed untuk menentukan kebijakan lanjutan, setelah kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pekan ini. Sutopo memperkirakan bahwa USD/IDR akan berada di kisaran Rp 15.000 per dolar AS-Rp 15.200 per dolar AS di pekan depan.

Josua melihat data ADP Employment Change, yaitu data yang menunjukkan perubahan pasar tenaga kerja AS, akan menjadi penentu pergerakan pasar di pekan depan. Oleh karena itu, rupiah berpotensi menguat terbatas di kisaran Rp 15.000 per dolar AS-Rp 15.150 per dolar AS karena data ADP Employment Change diproyeksikan akan melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari