KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) turun pada kuartal III 2019. Laba emiten penghuni Indeks
Kompas100 ini tercatat sebesar Rp 561,19 miliar atau turun 11% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 631,13 miliar. Di sisi lain, pendapatan ANTM masih terpantau positif dengan mencatatkan pertumbuhan 23% secara tahunan menjadi Rp 24,54 triliun.
SVP Corporate Secretary Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko mengatakan, penurunan laba pada kuartal III salah satunya akibat kenaikan beban operasional. Hal ini seiring dengan naiknya volume penjualan komoditas utama ANTM.
Baca Juga: Larangan ekspor nikel berpeluang mengangkat kinerja emiten logam "Peningkatan volume penjualan komoditas utama ANTM yakni nikel, bauksit-alumina dan emas pada kuartal III 2018 turut memberikan kontribusi kenaikan secara umum pada biaya pokok produksi dan beban operasi Antam, sehingga memengaruhi secara umum perolehan laba," ujar Kunto kepada Kontan.co.id, Senin (4/11). Kontan.co.id mencatat, volume penjualan emas ANTM mencapai 858.810 ons troi, naik 19% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, volume penjualan nikel tercatat sebesar 5,49 juta wmt atau tumbuh 34%. Sementara volume penjualan bauksit melesat 68% menjadi 1,17 wmt pada kuartal III 2019. Melansir dari laporan keuangan kuartal III ANTM, emiten ini mencatat beban pokok pendapatan sebesar Rp 20,8 triliun atau naik 29% dari periode sebelumnya. Selain itu, beban usaha juga naik 25,1% menjadi sebesar Rp 2,5 triliun.
Baca Juga: Andai beli emas Antam pada tanggal berikut, laba Anda sudah 14% Meski demikian, hingga akhir 2019 Kunto yakin ANTM mampu mencetak kinerja yang lebih apik dari realisasi 2018. Beberapa strategi juga telah disiapkan oleh manajemen ANTM untuk merealisasikan hal itu. Kunto bilang, saat ini ANTM berfokus untuk menjaga struktur biaya dengan mempertahankan biaya operasi tetap rendah yang pada akhirnya menciptakan margin positif bagi kinerja keuangan ANTAM pada tahun 2019. Penggunaan belanja modal alias
capital expenditure (capex) pun dialokasikan untuk proyek pengembangan ANTM. Sampai dengan kuartal III 2019, ANTM mencatat realisasi belanja modal sebesar Rp842,67 miliar. "Belanja modal digunakan untuk mendukung proyek-proyek pengembangan ANTAM," kata Kunto.
Saat ini, ANTM diketahui tengah membangun beberapa proyek, seperti Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Halmahera Timur (P3FH) yang memiliki kapasitas produksi sebesar 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi).
Baca Juga: Larangan ekspor bijih nikel berlaku, volume transaksi saham INCO dan ANTM terbesar Selain itu, ANTM juga tengah mengembangkan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Kalimantan Barat. SGAR merupakan proyek pengembangan hilir kerjasama antara Inalum dan ANTM. Konstruksi proyek SGAR tahap pertama tersebut memiliki kapasitas produksi 1 juta ton SGA. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati