KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra Graphia Tbk atau Astragraphia (ASGR) optimistis pertumbuhan bisnis di tahun ini bisa lebih baik. Emiten Group Astra di lingkup bisnis
printing dan
digital services ini akan berfokus mengarahkan bisnis menuju pertumbuhan yang berkelanjutan.
Chief of Corporate Secretary, Legal, & Corporate Communications Astragraphia Melinda Pudjo mengungkapkan, kinerja ASGR pada 2022 bakal ditopang dengan belanja modal (capex) yang dianggarkan sebesar Rp 294 miliar. Sebagian besar capex ASGR akan dialokasikan buat kebutuhan bisnis inti dan sisanya untuk keperluan internal perusahaan. Menurut Melinda, semakin membaiknya iklim bisnis dan pertumbuhan ekonomi nasional yang diproyeksi naik 5%-5,5% menjadi sumber optimisme ASGR pada 2022. Tingkat konsumsi, investasi, dan ekspor yang ditaksir tumbuh positif sebagai dampak dari kebijakan pemerintah di bidang ekonomi maupun penanggulangan pandemi Covid-19 juga diyakini bakal menjadi katalis positif.
Apalagi, industri
information and communication technology (ITC) pun dinilai menunjukkan proyeksi yang menjanjikan. IDC memprediksi pertumbuhan
enterprise IT spending di Indonesia akan bertumbuh dengan rata-rata 7% (CAGR 2019-2025) dengan pertumbuhan
IT Services yang mencapai 23%.
Baca Juga: Dari Hajatan Rights Issue, BRMS Sukses Meraup Dana Hingga Rp 1,65 Triliun "Meskipun kompetisi di sektor teknologi informasi akan meningkat, namun Astragraphia terus melakukan penguatan di berbagai sisi fundamental bisnis serta mendorong pertumbuhan melalui inisiatif baru di area
printing dan digital baik yang bersifat produk maupun layanan," kata Melinda kepada Kontan.co.id, Senin (17/1). Seperti diketahui, kinerja ASGR ditopang oleh tiga portofolio bisnis. Pertama, solusi dokumen dengan mitra eksklusif Fuji Film Business Innovation. Kedua, solusi teknologi informasi khususnya
digital services, yang dijalankan oleh PT Astra Graphia Informastion Technology (AGIT). Ketiga, solusi perkantoran melalui PT Astragraphia Xprins Indonesia (AXI). Melinda membeberkan, ada sejumlah langkah yang bakal dijalankan ASGR dalam mengembangkan usahanya di 2022. Pertama, memaksimalkan keuntungan melalui penguatan fundamental bisnis dan kepemimpinan pasar. Kedua, memperkuat kapabilitas layanan dan daya saing di bidang teknologi
printing & digital. Ketiga, mendorong pertumbuhan inisiatif baru untuk produk dan layanan di bidang
printing & digital. Keempat, penguatan kompetensi Sumber Daya Manusia melalui
upskilling dan
reskilling, serta mendorong penerapan
organization agility. Di sisi lain, Astragraphia juga mengambil langkah strategis dalam menyeimbangkan aspek ESG (
Environmental, Social, Governance) yang terimplementasi dalam strategi operasional bisnis, dan perilaku untuk mencapai
sustainability. Baca Juga: Dua Anak Usaha Austindo Nusantara Jaya (ANJT) Meraih Sertifikat ISPO dan RSPO Meski yakin untuk mengejar pertumbuhan kinerja, sayangnya Melinda belum membuka target kenaikan pendapatan maupun laba bersih yang dikejar ASGR sepanjang tahun 2022. "Tentunya ada banyak faktor yang mempengaruhi proyeksi pertumbuhan terutama faktor eksternal yang tidak dapat kami kontrol. Pada prinsipnya, kami telah menetapkan beberapa langkah strategis untuk dapat tetap relevan dan mampu mencapai pertumbuhan berkelanjutan dari tahun ke tahun," sebut Melinda. Dia juga belum memberikan gambaran bagaimana kinerja ASGR sepanjang tahun lalu. Yang pasti, hingga periode Q3-2021, ASGR bisa meraih pertumbuhan laba bersih meski mencatatkan penurunan pendapatan. Sepanjang sembilan bulan 2021, ASGR mencetak pendapatan bersih senilai Rp 1,99 triliun, turun 14,95% dibanding periode yang sama tahun lalu, sebesar Rp 2,34 triliun. Solusi dokumen menyumbang hingga 42% terhadap total pendapatan ASGR. Disusul solusi teknologi informasi sebanyak 37% dan solusi perkantoran dengan 21%.
Seiring dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan ASGR pun turun 16,49% menjadi Rp 1,62 triliun. Dari sisi
bottom line, ASGR berhasil meriah laba bersih sebesar Rp 36,99 miliar pada Q3-2021 atau tumbuh 9,86%, dibandingkan capaian per September 2020 yang sebesar Rp 33,67 miliar. Melinda menjelaskan, peningkatan laba bersih terutama dikontribusikan dari peningkatan margin laba bruto, optimalisasi biaya operasional, serta beban bunga yang lebih rendah. Lalu, biaya operasional turun sebesar 5% karena adanya perbaikan pada beberapa pos pengeluaran. "Hal ini selaras dengan strategi manajemen untuk melakukan adaptasi, mitigasi, dan mengedepankan
operational excellence dalam setiap proses di seluruh lini bisnis," tandas Melinda. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi