KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fluktuasi pasar saham dalam negeri kian tak menentu. Ini tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) yang semakin liar. Hingga akhir perdagangan Kamis (26/10), IHSG tersungkur 1,75% atau turun 119,86 poin ke level 6.714,51. Investor asing juga mencatatkan
net sell sebesar Rp 1,39 triliun. Nilai
net sell pun semakin membengkak. Secara
year to date alias sepanjang 2023, nilai jual bersih asing di pasar saham mencapai Rp 11,06 triliun.
Direktur Utama RHB Sekuritas Indonesia Thomas Nugroho mencermati secara teknikal, pergerakan IHSG sudah lama dalam tren
sideways seiringan dengan larinya dana investor asing.
Baca Juga: Simak Racikan Portofolio Investasi di Tengah Suku Bunga Tinggi Menurutnya pemicu utamanya adalah pelemahan nilai tukar Rupiah. Saat ini pelaku pasar sedang cemas dan mewanti-wanti kalau rupiah menembus Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) dan pasar spot kompak melemah. Rupiah Jisdor melemah 0,39% menjadi Rp 15.922 per dolar AS. Sementara di pasar spot, rupiah ditutup pada level Rp 15.920 per dolar AS atau melemah 0,31% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 15.870 per dolar AS. "Jika pelemahan rupiah terjadi akan berlanjut ke pasar. Jadi memang pasar kondisinya sedang tidak bagus, ada perang hingga pemilu," jelas Thomas saat ditemui, Kamis (26/10). Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas menjelaskan kenaikan suku bunga BI juga cukup memberi kejutan bagi pasar. Dia bilang ketika ada kenaikan suku bunga, investor akan cenderung membuat investor menghindari instrumen dengan risiko tinggi dan beralih yang lebih aman.
Baca Juga: Ini Strategi Bursa Efek Indonesia untuk Mengejar Target di Tahun 2024 "Kalau suku bunga mengalami kenaikan, investor mencari instrumen yang
free rate yaitu
deposit," kata Nico.
Atur Strategi Investasi
Nico menilai koreksi saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk memilih saham yang punya fundamental yang bagus dan punya prospek yang bagus. Untuk mengurangi risiko, investor bisa mencermati saham-saham blue chip atau big caps. Nico mengatakan investor bisa mencermati sektor perbankan dan infrastruktur. Saham pilihan Pilarmas Investindo Sekuritas jatuh pada
BBCA,
BBNI,
BBRI dan
BBMI. Kemudian di sektor infrastruktur saham
TLKM dan
JSMR bisa dicermati. Setali tiga uang, Thomas mengatakan ketika koreksi investor bisa mencemari saham big caps karena kalau investor asing kembali saham kapitalisasi besar menjadi incaran.
"Bisa cicil sekarang, mungkin setelah
panic attack effect berlalu level 6.500 akan menjadi landasan yang cukup solid bagi IHSG," katanya.
Adapun sektor pilihan Thomas jatuh pada perbankan masih menjadi pilihan seperti BBCA dan BBRI. Dia juga menilai sektor otomotif seperti
ASII juga bisa dilirik. CEO dan Founder Finansialku Melvin Mumpuni menyarankan dengan kondisi IHSG dan pasar keuangan, untuk jangka pendek investor dapat masuk ke deposito, reksadana pasar uang. "Untuk jangka menengah atau jangka panjang bisa melirik saham-saham dengan fundamental solid yang harganya sedang terdiskon dan rutin membagi dividen," jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari