Simak strategi Bank Syariah Indonesia (BSI) usai merger kelar



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) telah menyiapkan strategi untuk menghadapi tahun 2021. Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, pihaknya akan fokus melakukan integrasi sistem dan layanan BNI Syariah, BRI Syariah ke sistem Mandiri Syariah yang digunakan sebagai core business BSI.

Dia menjelaskan, integrasi akan dilakukan kepada 600 cabang BNI Syariah dan BRI Syariah. Diharapkan integrasi ini bisa rampung di penghujung Oktober 2021, sehingga BSI akan memiliki 1.365 cabang di seluruh Indonesia.

Menurut hitungan BSI, hasil integrasi ini akan membuat jumlah nasabah berkisar 14,5 juta hingga 15,5 juta rekening. Namun Ia mengakui jumlahnya akan sedikit menurun karena beberapa nasabah bisa memiliki rekening baik di BNI Syariah, BRI Syariah, maupun Mandiri Syariah.


“Jadi pasti ada overlap, maka akan ada clean up, targetnya tahun ini jumlah nasabah tumbuh 5% hingga 8%. Setelah itu rampung, BSI beranjak melakukan peningkatan strategi dari sisi jaringan. Kami reposisi cabang ke yang lebih potensial. Dalam roadmap ada sekitar 100an cabang,” jelas Hery, Senin (5/4) di Makassar.

Dia pun yakin setelah proses integrasi sistem dan layanan ini, BSI bakal memiliki kemampuan layanan yang lebih besar ke nasabah. Juga bisa lebih baik dalam membuat suatu produk perbankan.

Selain mengandalkan cabang, Hery menyebut BSI juga mengandalkan layanan digital melalui aplikasi BSI Mobile sebagai strategi omnichannel. Ia menyebut layanan digital banking BSI unggul dibandingkan bank lainnya lantaran memiliki fitur-fitur islami seperti waktu salat, kiblat, zakat, sedekah dan wakaf.

Baca Juga: Bank Syariah Indonesia targetkan laba tumbuh dobel digit di 2021

Dari sisi kinerja keuangan, Hery optimis kinerja BSI bisa melanjutkan pertumbuhan di tahun lalu. Hery menyatakan dalam rencana bisnis bank (RBB) pembiayaan diproyeksi tumbuh antara 7% hingga 8% tahun ini.

“Dana tumbuh di atas 10%. Aset tumbuh di atas 10%. Fee based income juga mengalami peningkatan. Di sisi laba pada 2020 senilai Rp 2,2 triliun. Mungkin kami targetkan ada peningkatan, dobel digit,” imbuh Hery.

Dia pun menyebut, perbaikan kinerja telah terasa di kuartal pertama tahun ini. Hery berharap, kondisi ini bisa terjadi hingga akhir tahun sehingga dapat mengulang keberhasilan di tahun lalu. Namun Ia mengaku keberhasilan program vaksinasi Covid-19 menjadi penentunya.

“Bicara sektor industri yang sudah bertumbuh, tentunya potensinya farmasi, rumah sakit, FMCG, dan distributor. Kemudian teknologi, pendidikan. Beberapa sektor itu, secara makronya sudah tumbuh. Tentunya bank akan mengikuti sektor mana yang tumbuh agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah,” papar Hery.

Dalam menjalankan pembiayaan, Hery bilang BSI fokus pada tiga segmen utama yakni wholesale, ritel, dan UMKM. Kendati demikian, Ia bilang di kondisi pandemi, permintaan ritel cenderung lebih tinggi.

Dari sisi dana pihak ketiga (DPK), BSI akan mengoptimalkan dana murah alias CASA. Guna mencapai hal ini, Hery bilang akan menggali potensi tabungan dan giro yang menggunakan akad wadiah. Maklum, lewat pendanaan wadiah, masyarakat menitipkan dana ke bank tanpa iming-iming bagi hasil.

“Dengan jaring makin luas, karyawan skillnya makin bagus, kemudian teknologi makin solid, harapannya kita bisa menggali potensi potensi wadiah baik giro dan tabungan. Tujuannya kita mampu menekan cost of fund ke titik yang paling efisien. Sehingga pembiayaan bisa lebih murah,” pungkas Hery.

Selanjutnya: Per Februari 2021, Bank Syariah Indonesia salurkan pembiyaan ke UMKM Rp 35,3 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari