Simak Strategi Intikeramik Alamasri Industri (IKAI) Genjot Kinerja



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk (IKAI) memang bukan penghuni baru di Bursa Efek Indonesia (BEI). Emiten dengan kode saham IKAI ini sudah menjadi perusahaan terbuka sejak Juni 1997.

Dengan usia yang tak muda lagi, IKAI yang tadinya hanya berfokus pada produksi keramik, porselen dan kaca, kini telah bertransformasi menjadi perusahaan investasi atau holding company. 

Awalnya, IKAI hanya berfokus dalam industri manufaktur khususnya keramik dan ubin porselen melalui anak usahanya PT Internusa Keramik Alamasri dengan merek dagang Essenza. 


Namun demi keberlangsungan perusahaan, IKAI memutuskan untuk memperluas lini bisnis. Direktur Utama Intikeramik Alamasri Industri Yohas Raffli bercerita transformasi IKAI dimulai sejak 2017.

"Saya sendiri baru masuk menjadi direksi pada 2017. Pada saat saya masuk, perusahaan dalam proses bertransformasi karena lini bisnis keramik sedang tidak baik," tuturnya saat ditemui Kontan belum lama ini.  

Baca Juga: Incar Pendapatan Rp 254 Miliar, Begini Strategi Intikeramik Alamsari Industri (IKAI)

Restrukturisasi dimulai dengan mengganti jajaran manajemen, rasio utang terhadap ekuitas, menjaga stabilitas cashflow hingga melakukan ekspansi ke industri lainnya. 

"Kemudian pada 2019, IKAI telah melakukan langkah-langkah pengelolaan transformatif pada anak usaha kami," kata Yohas. 

Sejalan dengan itu, IKAI melakukan perubahan menjadi perusahaan investasi yang fokus kepada tiga pilar lini usaha, yakni manufaktur, pengembangan properti dan hospitality. 

Kemudian, IKAI melakukan rebranding kepada anak usaha di unit bisnis hospitality melalui PT Hotel Properti Internasional dan PT Saka Mitra Sejati. Melalui dua anak usahanya itu, IKAI memiliki tiga hotel.

Rinciannya, PT Hotel Properti Internasional memiliki aset Swissbel Hotel Bogor. Kemudian, PT Saka Mitra Sejati punya aset Hotel Swiss-Belinn Gajah Mada Medan dan Hotel Saka. 

"Hal kunci yang telah kami lakukan, yaitu rebranding semua hotel yang dimiliki dengan bekerjasama dengan International Hotel Chain," ujar Yohas. 

Terakhir, IKAI juga melakukan transformasi dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) dengan mengganti departemen Human Resources menjadi Human Capital Development sambil menerapkan manajemen risiko secara holistik. 

Genjot Pertumbuhan Anak Usaha

Kinerja keuangan IKAI juga semakin pulih, seiring dengan perubahan yang dilakukan IKAI. Per September 2023, IKAI berhasil mengantongi laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,21 miliar. 

Ini berbalik dari rugi bersih sebesar Rp 38,18 miliar per September 2022. Capaian itu berhasil diraih IKAI di tengah penurunan pendapatan selama sembilan bulan pertama di 2023. 

Adapun dari sisi top line, pendapatan IKAI mencapai Rp 164,50 miliar per Kuartal III-2023. Ini turun 4,10% secara tahunan atau Year on Year (YoY) dari Rp 171,54 miliar per kuartal III-2022. 

Rinciannya, pendapatan dari segmen keramik berkontribusi sebesar Rp 93,98 miliar. Kemudian pendapatan dari segmen hotel menyumbang Rp 70,52 miliar yang meningkat 19,91% YoY. 

 
IKAI Chart by TradingView

Yohas menjelaskan sejatinya IKAI telah memiliki rencana kerja yang dalam bentuk roadmap atau peta jalan. Pada tahun ini, IKAI mengincar pendapatan bisa mencapai Rp 259,8 miliar.

"Sementara pertumbuhan pendapatan selama lima tahun diproyeksikan bisa berada di atas 20% dengan EBITDA Return on Assets dapat berada di atas 25%," tuturnya.

IKAI juga menargetkan mencetak tingkat pertumbuhan per tahun alias compounded annual growth rate (CAGR) terhadap pendapatan dari 2021 sampai dengan 2026 mencapai 11% dengan laba operasional 12%. 

Untuk bisa mencapai target tersebut, Yohas bilang IKAI telah menyiapkan anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) lebih dari Rp 40 miliar sampai dengan 2025.

Dia menjelaskan untuk Internusa Keramik Alamasri, IKAI mengalokasikan capex sekitar Rp 5 miliar. Sedangkan untuk segmen hospitality masih dalam tahap perhitungan karena ada proses negosiasi yang tengah berjalan. 

"Kami sedang targetkan untuk akuisisi pada tahap operasional maupun kepemilikan saham minimal satu hotel di 2024 di daerah Jakarta," jelas Yohas. 

Baca Juga: Genjot Kinerja Keuangan, IKAI Memoles Bisnis Keramik Tahun Ini

Sementara untuk segmen pengembangan properti, IKAI berencana untuk membangun kawasan ekowisata di Ubud. Meski tidak merinci jumlah landbank, Yonas memastikan pembangunan akan dimulai tahun ini.

Genjot Ekspansi Keramik Essenza

Anak usaha IKAI, PT Internusa Keramik Alamasri (INKA) akan melebarkan ekspansinya ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. INKA telah menjajaki kerja sama distribusi keramik ke beberapa proyek pembangunan di IKN.

Adapun perluasan pasar dilakukan sebagai bentuk adaptasi dengan perubahan ekosistem bisnis. Terlebih potensi pertumbuhan pasar di luar Pulau Jawa masih sangat signifikan.

Saat ini penjualan keramik Essenza masih kuat di Pulau Jawa dan Sumatra. Meski begitu IKAI memiliki agen di kota besar Kalimantan dan Sulawesi seperti Banjarmasin, Pontianak, Makassar, Manado.

INKA juga berencana untuk menambah modern outlet untuk mendongkrak penjualan. Saat ini penjualan keramik Essenza melalui distributor sebesar 70% dan sudah memulai untuk masuk melalui modern outlet sebanyak 30%. 

Baca Juga: Tahun Ini, Asaki Proyeksikan Produksi Keramik Indonesia Tumbuh Positif

Distribusi penjualan Essenza telah masuk di sejumlah modern outlet yang tersebar di seluruh Indonesia seiring dengan mengikuti pergeseran gaya belanja konsumen.

Perinciannya, Essenza ada di 10 outlet milik Mitra, ada dua outlet di Depo Bangunan, ada sembilan outlet di Mitra Bangunan dan 15 outlet RKM Supermarket Bangunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari