Simak Strategi Perbankan Atasi Rekening Pasif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rekening pasif atau kerap dikenal sebagai rekening dormant tampaknya menjadi salah satu beban perbankan. Tidak adanya aktivitas nasabah dalam rekening ini mendorong sejumlah bank menerapkan berbagai kebijakan untuk menutupnya.

Terbaru, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang merilis kebijakan baru terkait perubahan batas waktu penutupan bagi rekening dormant BRI.

BRI memberlakukan perubahan days to dormant. Misalnya pada produk Tabungan BRI Simpedes dan Tabungan BRI Britama yang berubah menjadi 180 hari tanpa melihat nominal saldo nasabah. Artinya, nasabah yang tidak melakukan transaksi, termasuk kredit dan debit selain biaya admin tabungan dan kartu selama 180 hari akan berubah status rekeningnya menjadi dormant.


Selain itu untuk Tabungan BRI, rekening yang berstatus pasif apabila tidak ada transaksi selama 180 hari dan di bawah ketentuan saldo minimum akan tertutup secara otomatis.

Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi tak menjelaskan secara spesifik alasan dari kebijakan tersebut. Ia hanya bilang kalau kebijakan baru ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan BRI kepada nasabah.

Meski demikian, Hendy menegaskan BRI telah menyiapkan solusi untuk nasabah yang mengalami rekening dormant tersebut. Tujuannya, agar tidak mengganggu berbagai transaksi keuangan nasabahnya.

”Jika rekening berubah status menjadi dormant, nasabah juga tetap dapat melakukan re-aktivasi rekening dengan datang ke unit kerja BRI terdekat,” ujarnya.

Bukan hanya BRI, kebijakan perubahan aturan rekening domart juga pernah dilakukan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) pada akhir 2023 lalu.

Baca Juga: BRI Ubah Ketentuan Rekening Pasif, Berikut Daftar Produk yang Terpengaruh

 EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn mengungkapkan bahwa saat ini rekening yang ditutup secara otomatis adalah rekening dengan saldo nol rupiah, dan tidak ada transaksi selama 12 bulan berturut-turut.

Menurutnya penyesuaian ketentuan rekening domart BCA dilandaskan kepada komitmen untuk menyediakan layanan perbankan yang berkualitas dan aman kepada segenap nasabah. Hingga akhir Maret 2024, jumlah rekening nasabah BCA telah mencapai lebih dari 38 juta.

Di sisi lain, Direktur Distribution & Funding PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Jasmin juga menyebut bahwa rekening dormant ini sejatinya menjadi beban bank. Terlebih pada bagian IT bank dan bisnisnya pun menjadi tidak maksimal.

”Ini semacam kita mengelola sampah yang cost-nya mahal,” ujar Jasmin.

Ia pun mengungkapkan bahwa rata-rata rekening dormant yang dimiliki BTN saat ini isinya, sekitar Rp 50.000. Alhasil simpanan tersebut tidak bergerak, lama kelamaan juga akan masuk ke bank dalam bentuk biaya admin bulanan.

”Kalau rekening dormant karena saldonya kecil otomatis pasti habis karena kepotong biaya admin bulanan,” jelasnya.

Sayangnya, ia tak menyebut pasti saat ini berapa jumlah rekening dormant yang dimiliki oleh BTN. Jasmin hanya memastikan bahwa nilainya kurang dari ratusan miliar.

Menurutnya, untuk menangani persoalan ini, BTN juga telah berupaya menghubungi nasabahnya yang memang memiliki rekening dormant. Tujuannya agar nasabah itu bisa mengaktifkan kembali rekeningnya. 

Sejauh ini, kebanyakan rekening dormant di BTN yang saldonya nihil. Rata-rata ini sisa rekening ketika BTN masih menjadi bank penyalur bantuan sosial (bansos).

”Kalau sekarang kan sudah tidak sebagai bank penyalur bansos,” tegasnya.

Baca Juga: Pilihan Tabungan Bebas Biaya untuk KeIola Investasi Dolar Secara Efisien

Sementara itu cara berbeda diterapkan oleh CIMB Niaga. Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengungkapkan bahwa manajemen memiliki proses dan treatment untuk mengatasi rekening dormant, mulai dari aktivasi hingga penutupan.

Ia bilang proses tersebut akan dilakukan, tentunya, setelah berupaya untuk menghubungi nasabah lewat berbagai channel yang dimiliki oleh CIMB Niaga.

”Kami terapkan kehati-hatian dalam pengelolaan rekening dormant sebagai bagian dari risk management,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih