Simak Strategi Perbankan yang Makin Agresif Genjot Pendapatan Non Bunga



 

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permasalahan beban bunga pada industri perbankan telah berdampak pada pendapatan bunga bersih bank yang tampak tumbuh mini. Alhasil, perbankan kini semakin gencar untuk meningkatkan pendapatan dari sisi non bunga agar mampu menjaga tingkat profitabilitas.

Kondisi tersebut pun sejatinya mulai tercermin pada beberapa bank yang sudah memaparkan kinerja keuangannya pada periode tiga bulan pertama tahun ini. Di mana, pertumbuhan pendapatan non bunga mampu menutupi pendapatan bunga bersih bank yang hanya tumbuh mini.

Ambil contoh, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga mencapai 14,8 secara tahunan (YoY) menjadi Rp 1 triliun. Pada periode sama tahun lalu, pendapatan non bunga BTN hanya sekitar Rp 875 miliar.


Sebaliknya, pendapatan bunga bersih yang dicatatkan BTN hanya mengalami pertumbuhan sekitar 3,4% YoY. Meskipun, secara nilai masih lebih besar dibandingkan pendapatan non bunga yaitu sebesar Rp 3,22 triliun.

Baca Juga: Bank Raya Kembali Torehkan Pertumbuhan Laba Double Digit di Triwulan 1 Tahun 2024

Direktur Keuangan BTN Nofry Rony Poetra mengakui bahwa memang harus ada yang dilakukan saat bank tak bisa memaksimalkan pendapatan bunga bersih. Salah satunya melalui pendapatan non bunga atau bisa disebut fee based income.

“Bank harus berupaya meningkatkan fee based atau non interest based income,” ujar Nofry, Jumat (26/4)

Nofry bilang saat ini pendapatan non bunga BTN utamanya bersumber dari transaksi treasury, admin fees, transaction banking dan loan recovery. Oleh karenanya, pihaknya bakal mengoptimalkan peningkatan aktivitas bond, number of customers dan penjualan aset macet untuk kembali meningkatkan pendapatan non bunga/

“Kami jaga bisa tumbuh sampai 10%,” ujarnya.

Tak hanya BTN, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) tampaknya juga semakin agresif  dalam meningkatkan pendapatan non bunga. Tak main-main, pertumbuhannya mencapai 25,9% YoY menjadi Rp 12,62 triliun.

Padahal, pendapatan bunga bersih yang dicatatkan oleh BRI hanya tumbuh sekitar 9,7% YoY. Namun, secara nilai memang masih mendominasi dari total pendapatan yaitu sebesar Rp 35,95 triliun.

Adapun, salah satu penopang pertumbuhan pendapatan non bunga dari BRI berasal dari aplikasi miliknya yaitu BRImo. Di mana, fee based income yang berasal dari BRImo tercatat tumbuh 23,8% YoY menjadi senilai Rp 738,3 miliar.

Direktur Retail Funding & Distribution BRI Andrijanto pun mengungkapkan bahwa pihaknya terus mengembangkan aplikasi ini agar BRImo terus berkontribusi terhadap fee based income. Harapannya, fitur dan layanan yang dimiliki bisa semakin memudahkan nasabah.

“Indikatornya selama ini fee based maupun transaksi BRImo ini semakin tumbuh tiap tahunnya dan kita harapkan pertumbuhannya tidak stagnan,” ujarnya.

Sedikit berbeda, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) masih mencatatkan pendapatan bunga bersih lebih tinggi dibandingkan pendapatan non bunga. Di mana, pendapatan bunga bersih tumbuh 7,1% YoY dan pendapatan non bunga tumbuh 6,8% YoY.

Baca Juga: Strategi Perbankan Pertahankan Profitabilitas di Tengah Banyak Sentimen Negatif

Hanya saja, dari pendapatan non bunga tersebut, pendapatan fee dan komisi BCA menjadi dominasi. Pertumbuhan dari pendapatan fee dan komisi BCA mencapai 8,6% YoY mencapai Rp 4,5 triliun.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn bilang peningkatan ini  tidak lepas dari total volume transaksi BCA yang terus bertumbuh secara konsisten, mencapai 8,3 miliar sepanjang kuartal I-2024, atau naik 20,8% YoY. Khusus di kanal digital, volume transaksi mobile banking dan internet banking BCA mencapai 7,2 miliar, naik 23,5% YoY.

Ia melihat pertumbuhan jumlah transaksi itu selaras dengan BCA yang melakukan investasi secara berkesinambungan untuk memperkuat ekosistem hybrid banking, dari kanal mobile dan internet banking, point of sales, kantor cabang, ATM, hingga contact center.

“Investasi strategis ini dilakukan untuk memberikan layanan berkualitas bagi beragam jenis segmen dan kebutuhan nasabah,” ujar Hera.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari