Simak strategi Sri Rejeki Isman (SRIL) raih pertumbuhan pendapatan 10%-15% pada 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) menargetkan pertumbuhan penjualan 10%-15% pada 2019. Per 2018, penjualan SRIL adalah sebesar US$ 1,03 miliar. Angka ini naik 36,16% dari penjualan 2017 yang sebesar US$ 759,35 juta.

Menurut Sekretaris Perusahaan SRIL Welly Salam, target pertumbuhan yang tidak setinggi realisasi tahun lalu adalah wajar. Alasannya, pertumbuhan tahun lalu didorong oleh adanya akuisisi dua perusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi SRIL.

“Tahun lalu sifatnya khusus karena ada akuisisi. Sementara tahun ini kembali ke normal karena tidak ada akuisisi,” ucap dia di Jakarta, Selasa (18/6). Sebagai informasi, pada 2018, SRIL mengakuisisi dua perusahaan yang bergerak di bidang pemintalan (spinning).


Untuk mencapai target pertumbuhan tahun ini, SRIL telah menyiapkan beberapa strategi. Salah satunya adalah optimalisasi kapasitas produksi. Saat ini, perusahaan yang bergerak di segmen bisnis mid-stream ini memiliki empat divisi bisnis, yaitu benang (spinning), kain mentah (weaving), kain jadi (finishing), dan pakaian jadi (garmen). Secara rinci, per tahunnya, SRIL memiliki kapasitas produksi spinning sebanyak 1,1 juta bales benang, weaving 180 juta meter kain mentah, finishing 240 juta yard fabric, dan garmen 30 juta potong.

Meskipun begitu, menurut Welly, utilisasi produksi SRIL belum mencapai kapasitas maksimal. Welly mengatakan, tahun lalu ada beberapa divisi SRIL yang utilisasinya masih di bawah 90%. “Untuk itu tahun ini kami berupaya untuk membuat utilisasi semua divisi menjadi di atas 90%,” ucap dia.

Di samping itu, tahun ini SRIL juga tengah melakukan due diligence terkait rencana penambahan kapasitas produksi, baik dengan mengakuisisi pabrik atau membangun pabrik baru.

Untuk mencapai target pertumbuhan tahun ini, SRIL juga berupaya untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor. SRIL telah mengekspor ke lebih dari 100 negara. Secara rinci, pasar SRIL secara wilayah terdiri dari Indonesia 40%, Asia 37%, Eropa 9%, dan Amerika 7%. Kemudian, sisa 7% adalah Uni Emirat Arab (UEA), Afrika, dan Australia.

Presiden Direktur SRIL Iwan Setiawan Lukminto mengatakan, strategi perluasan pasar ekspor cukup berhasil mengingat adanya peningkatan kontribusi penjualan ekspor menjadi 60.3% dari total penjualan pada 2018. “Dengan bertambahnya kapasitas produksi, maka di tahun 2019 kami menargetkan penjualan ekspor bisa berkontribusi dalam kisaran 62-65% dari total penjualan tahun ini,” kata dia.

Wakil Presiden Sirektur SRIL Iwan Kurniawan Lukminto mengatakan, tujuan utama peningkatan ekspor tahun ini adalah ke Amerika Serikat (AS) mengingat perang dagang tengah memanas. Maklum saja, emiten ini memang mendapat keuntungan dari kondisi perang dagang AS-China karena perusahaan asal AS menambah pesanannya. SRIL mencatat, saat ini pertumbuhan penjualan SRIL ke AS naik cukup signifikan sebanyak 40%, yaitu sekitar US$ 25 juta hingga US$ 30 juta.

Sebagai informasi, negara-negara di kawasan Asia Tenggara memberikan kontribusi sebesar 9% pada pangsa pasar tekstil global. Sementara di tingkat Asia Tenggara, kontribusi Indonesia mencapai 30% untuk pangsa pasar tekstil sehingga memberikan peluang yang besar untuk bertumbuh. Kinerja ekspor tekstil Indonesia, selama beberapa tahun terakhir juga menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 7,9% per tahun.

Untuk itu, tahun ini SRIL menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 30 juta sampai US$ 40 juta yang akan dimanfaatkan untuk pemeliharaan mesin. Angka ini sama dengan capex yang disiapkan pada tahun 2018. Kemudian, dari segi laba bersih, SRIL menargetkan pertumbuhan 5% pada tahun ini. Per 2018, SRIL mengantongi laba bersih sebesar US$ 84,5 juta atau naik 24,2% dibandingkan laba 2017 yang sebesar US$ 68,03 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati