KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Libur Lebaran segera tiba dan sudah pasti aktivitas akan sunyi sesaat, setidaknya untuk aktivitas di bursa efek yang hanya menyisakan waktu perdagangan lima hari, mulai dari tanggal 4 Juni hingga 8 Juni. Setelah itu, cuti bersama akan dimulai hingga 19 Juni. Secara historikal, perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) memang sepi menjelang liburan panjang lebaran. Rata-rata transaksi harian bulan Mei berkisar antara Rp 6,7 triliun hingga Rp 7 triliun. Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra mengungkapkan, sepinya likuiditas ini ia katakan otomatis akan memantik tingginya volatilitas di bursa. Selama lima hari sebelum libur panjang ia mengungkapkan perdagangan bursa kemungkinan besar akan sepi. Adanya penarikan dana dari investor menurutnya sangat besar terjadi. Pasalnya, saat pasar Indonesia libur, bursa regional Asia dan global tidak libur. Dus,
cash out yang akan terjadi di bursa Indonesia akan digunakan untuk
trading di bursa regional maupun global.
Namun, sebelum aksi
profit taking, pasar Indonesia kemungkinan besar akan menguat terlebih dahulu. Hal ini diungkapkan oleh analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji. Menurutnya, di hari pertama perdagangan bulan Juni, yakni Senin (4/6), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencatatkan penguatan. Penguatan IHSG akan ditopang oleh rilis data makroekonomi, yang menurut Nafan akan menunjukkan hasil yang positif. Data makroekonomi yang akan diumumkan seperti inflasi, indeks keyakinan konsumen dan cadangan devisa ia perkirakan akan mampu menopang IHSG mulai Senin. Inflasi diproyeksikan akan lebih positif dibandingkan dengan bulan April, karena di bulan puasa ada daya beli yang lebih di masyarakat. Data cadangan devisa juga diproyeksikan akan positif, berkat kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan tingkat BI 7 Days Repo dua kali dalam sebulan yang membuat rupiah terapresiasi terhadap dollar Amerika Serikat (AS). "Performa rupiah juga semakin positif, sehingga atmosfer bagi bursa juga bagus. Jadi, menurut saya saat ini merupakan saat yang tepat bagi investor untuk melakukan akumulasi beli," ungkap Nafan. Potensi
profit taking kemungkinan besar akan muncul di saat-saat terakhir perdagangan pekan depan, terutama di hari Jumat (8/6), yang juga bisa membuat IHSG terkoreksi. Namun, aksi
profit taking menjelang libur panjang dipandang Nafan merupakan hal biasa. Perhatikan Teknikal Meski perdagangan kemungkinan besar akan sepi selama lima hari perdagangan sebelum libur panjang, bukan berarti investor tidak bisa meraup potensi keuntungan dalam perdagangan. Aditya mengungkapkan bahwa tetap ada potensi untuk bisa meraup keuntungan di pasar yang tinggal menyisakan lima hari perdagangan. Ia mengungkapkan investor bisa memperhatikan saham-saham yang volume belinya sudah
breakout dalam satu atau dua hari, karena biasanya di hari berikutnya saham tersebut bisa naik lagi. Misalnya, saham X hari ini naik 3%, kemudian volume
breakout dalam sepekan sudah termasuk tinggi, berarti ini sinyal banyak dana yang masuk ke saham tersebut. Nah, investor bisa mencermati dan masuk. Kemudian, investor bisa melihat saham-saham
blue chip yang valuasinya sudah cukup murah. Berdasarkan hari Kamis, saham
banking sudah turun, kemudian juga ritel. Saham-saham di LQ45 menarik untuk diperdagangkan untuk jangka pendek. Investor juga hendaknya memperhatikan sisi teknikal, terutama apakah saham yang diincar membentuk
resistance baru atau tidak. Hal ini bisa dilihat melalui indikator MA 5. Jika indikator ini menunjukkan
new high maka saham tersebut layak dicermati. "Jika indikator MA 5 membentuk
resistance baru dan diikuti dengan volume historikal yang bagus, maka saham tersebut layak dimasuki," ungkap Aditya. Dari banyaknya emiten di bursa, Aditya menyeleksi beberapa saham yang layak dicermati selama sepekan mendatang terkait dengan volume perdagangan dan level harga yang masih menarik. Saham-saham tersebut antara lain
KREN,
BKSL,
SRIL,
MLPL,
AGRO,
HOKI,
ADRO,
PTBA,
HRUM, dan
BRIS. Sementara, Nafan menyarankan agar selama lima hari perdagangan bursa ini investor mencermati saham-saham sektor konsumer, misalnya
INDF,
ICBP dan
UNVR. Lantaran permintaan akan produk-produk barang konsumsi biasanya melonjak di saat liburan lebaran. Selain itu, sektor ritel juga layak untuk dicermati, seperti
LPPF dan
ACES. Tak lupa juga saham telekomunikasi, seperti
TLKM.
Nafan sepakat dengan Aditya, bahwa sebaiknya investor tidak hanya mencermati saham-saham yang valuasinya murah, melainkan juga mengkombinasikannya dengan faktor teknikal. Selain itu, sentimen juga harus diperhatikan, karena dalam lima hari menjelang libur panjang tetap ada berita-berita yang harus dipantau. Terkait dengan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan dilangsungkan tanggal 16 Juni atau 17 Juni dikatakan Nafan tidak akan menjadi sentimen negatif yang bakal mencegah investor untuk masuk pasar Indonesia paska libur lebaran. Pasalnya, BI sudah melakukan antisipasi dengan menaikkan BI 7 DRR. "Sentimen yang akan menjadi perhatian pasar kali ini sepenuhnya berasal dari dalam negeri, terutama rilis data-data makroekonomi," ujar Nafan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati