Simak tip investasi saham non blue chip berikut



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengoleksi saham non blue chip bisa menjadi salah satu strategi investasi. Tapi, investasi saham ini bisa rugi jika dilakukan sembarangan. Pendapatan, laba dan return on equity (ROE) menjadi catatan analis ketika ingin mengoleksi saham di luar daftar saham blue chip.

Managing Director Investa Saran Mandiri Jhon Veter menjelaskan, berinvestasi pada saham non blue chip, yang terpenting harus memperhatikan fundamental. Perhatikan tiga hal, yaitu penjualan yang bagus, laba bersih yang tumbuh, serta ROE yang terjaga di atas 15%. “Tiga faktor ini sudah cukup menjadi acuan,” ujar Jhon, Senin (30/10).

Pembeda antara saham blue chip dengan yang tidak blue chip menurutnya hanya likuiditas dan ukuran dari kapitalisasi pasar. Namun, status blue chip maupun tidak, harusnya tak jadi masalah ketika berinvestasi, terutama untuk investor ritel. Asalkan, saham tersebut termasuk baik secara fundamental.


Jhon melanjutkan, ketika investor ritel beli saham dengan jumlah pembelian yang tak terlalu besar, harusnya tak ada masalah dengan emiten berkapitalisasi pasar kecil. "Jika yang akan berinvestasi adalah manajer keuangan atau pengelola dana dengan aset triliunan, tetap ada faktor pembeda," tutur Jhon.

Memperhatikan outlook ekonomi Indonesia dan dunia di 2018 mendatang, Jhon menilai pasar saham masih akan menarik. Dengan demikian, saham-saham di Bursa Efek Indonesia juga akan bergerak naik, termasuk saham-saham di luar daftar saham blue chip.

Secara sektoral, di tahun depan menurut Jhon saham lapis dua dan tiga di sektor konstruksi masih akan menarik. Hal ini juga mengingat anggaran pemerintah untuk infrastruktur di tahun depan masih terbilang ekspansif.

Di luar sektor tersebut, Jhon menyebut beberapa saham non blue chip yang masih bisa diperhatikan. "PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) menarik karena harganya relatif murah. Kemudian PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) juga punya potensi naik," ujar Jhon.

Sementara itu, menurutnya sektor yang perlu diwaspadai tahun depan adalah sektor ritel. Hal ini mengingat adanya shifting dari ritel ke model bisnis yang tidak konvensional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati