Simak tips dari analis untuk menghindari emiten berpotensi delisting



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penghapusan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus bertambah. Dari Januari hingga November 2019, BEI resmi menghapuskan pencatatan saham atau delisting enam emiten.

Teranyar, BEI menghapus saham PT Sigmagold Inti Perkasa Tbk (TMPI) pada Senin (11/11). Sementara lima saham delisting lebih dulu meliputi PT Bank Mitraniaga Tbk (NAGA), PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP), PT Bara Jaya Internasional Tbk (ATPK), PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP), dan Grahamas Citrawisata Tbk (GMCW).

Jumlah saham delisting tahun ini lebih banyak ketimbang tahun lalu. Sepanjang 2018, BEI hanya menghapus pencatatan saham empat emiten.


Analis Artha Sekuritas, Nugroho Rahmat Fitriyanto mengatakan, empat dari emiten yang delisting pada tahun ini lantaran keberlangsungan usahanya dipertanyakan seperti ATPK, SIAP, GMCW, dan yang terakhir TMPI. “Sementara yang dua memang karena merger jadi delisting,” kata Nugroho, Senin (11/11).

Baca Juga: Hari ini terakhir saham Sigmagold Inti Perkasa (TMPI) tercatat di BEI

Dia menyoroti, perusahaan yang baru saja didepak dari BEI yaitu TMPI, belum juga menyerahkan laporan keuangan selama beberapa periode. Dari sini, investor sudah harus mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi dalam perusahaan.

Selain itu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Sigmagold juga tak pernah memenuhi kuorum. Dia menuturkan, sejatinya dalam menjalankan bisnis akan ada siklusnya. Mungkin beberapa emiten ini menjadi salah satu yang tidak bisa survive saat kinerja perusahaan turun. “Tapi mungkin yang lebih penting lagi niat baik dari manajamen, tidak jarang manajemen perusahaan kurang bertanggung jawab pada investor,” sambung Nugroho.

Oleh karena itu, dia menyarankan investor untuk mencari tahu informasi mengenai emiten lebih dulu sebelum masuk, terlebih untuk investor yang gemar masuk saat IPO. Menurut Nugroho, investor harus mengerti untuk apa saja dana segar hasil IPO digunakan. Begitupun untuk pasar sekunder, katanya, investor harus memperhatikan sejarah perusahaan dari IPO dan bagaimana sepak terjang bisnisnya.

Baca Juga: Jumlah Investor Pasar Modal Melonjak Hingga 62%

Investor yang sudah kadung masuk sudah tidak bisa berbuat banyak. Jika nanti emiten tersebut relisting, investor bisa kembali menjual sahamnya. “Semakin sulit investor untuk melacak kinerja perusahaan,” kata Nugroho.

Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan, bertambahnya emiten yang terdepak dari BEI disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya kinerja yang terus memburuk dan tidak memenuhi persyaratan dari BEI untuk menyampaikan laporan keuangan. “Ada juga yang mendelistingkan diri dengan berbagai alasan, seperti banyaknya biaya yang dikeluarkan, jadi lebih baik delisting,” ujar Sukarno.

Sukarno merekomendasikan investor untuk memilih perusahaan dengan fundamental yang baik dengan mencatatkan laba serta ada transaksi setiap harinya atau likuid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati