KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) terus berupaya meningkatkan pangsa pasar baik dari sisi aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK), untuk bisa menjadi tuan rumah di wilayahnya masing-masing. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (Bank BJB) menyatakan, saat ini telah memiliki pangsa pasar sekitar 10%-12% di wilayah Jawa Barat. Rinciannya, dari sisi aset secara konsolidasi 10%, dan lebih dari 11% untuk kredit, sedangkan di wilayah Banten menguasai hampir 7% untuk aset dan hampir 8% untuk kredit.
"Persentase pangsa pasar ini kami lihat sangat baik mengingat hampir semua perbankan beroperasi di kedua wilayah tersebut. Kami pun dari waktu ke waktu terus mendorong pertumbuhan di atas pertumbuhan industri sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar," ungkap Yuddy Renaldy Direktur Utama BJB, kepada kontan.co.id, Jumat (26/5).
Baca Juga: Kredit Tumbuh Melambat, Nasabah Korporasi Berhati-Hati Hingga kuartal I/2023 bank ini telah menyalurkan kredit Rp 108,37 triliun, tumbuh 10% dari periode yang sama di tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut lantas mendorong total aset bank tumbuh 4% menjadi Rp 165,48 triliun. Sementara itu, himpunan dana pihak ketiga (DPK) bank tercatat naik tipis menjadi Rp 121,01 triliun dari posisi sebelumnya Rp 120,57 triliun. Yuddy menyebut, kenaikan tersebut secara tidak langsung juga akan mendorong peningkatan
market share Bank BJB secara gradual. PT Bank Pembangunan Daerah Sumsel dan Babel (BSB) juga mencatat peningkatan pangsa pasarnya di wilayah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. Hingga akhir tahun 2022 pangsa pasar Bank BSB di Sumatera Selatan secara konsolidasi dari sisi aset sebesar 24,91%, kredit konsumtif sebesar 16,35%, kredit produktif sebesar 10,88% dan DPK sebesar 17,66%. Sedangkan pangsa pasar BSB di Bangka Belitung pada akhir 2022 dari sisi aset sebesar 20,77%, kredit konsumtif sebesar 21,12%, kredit produktif sebesar 16,22%, dan DPK sebesar 20,40%. Antonius Prabowo Argo Direktur Bank Sumsel Babel mengatakan, kenaikan ini didukung oleh peranan pelayanan (
service to customers) dalam memenangkan persaingan, baik untuk merebut pasar maupun mempertahankan pasar yang ada. Optimalisasi pelayanan semua pegawai Bank Sumsel Babel juga didukung oleh penerapan budaya kerja BSB PACAK (Profesional, Amanah, Customer-Focused, Agility, dan Kolaboratif). "BSB terus berusaha meningkatkan pangsa pasar di masing-masing wilayah Sumsel dan Babel dengan mendorong ekspansi kredit dan meningkatkan layanan pada nasabah melalui budaya layanan CERAH (Cepat dan Ramah)," ujar Antonius. Menurut Antonius, dalam meningkatkan pangsa pasar tentunya merupakan tantangan bagi BSB saat ini, namun BSB telah melakukan penyesuaian dengan model bisnis yang lebih agile dengan meningkatkan penetrasi pasar melalui perluasan jaringan dengan optimalisasi agen dan produk laku pandai “BSBLur” untuk menjangkau potensi pasar yang selama ini belum tersentuh. Selain itu, BSB juga terus mengoptimalkan layanan digital untuk memudahkan penghimpunan DPK. Pada tahun 2023 ini, perseroan menargetkan penghimpunan DPK sebesar meningkat 3,93% YoY menjadi Rp 28,41 triliun dan penyaluran kredit sebesar tumbuh 10% YoY menjadi Rp 22,99 triliun.
Baca Juga: Kredit Modal Kerja Mengalami Pertumbuhan Paling Lambat pada April 2023 Pengamat Perbankan sekaligus Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, pangsa pasar bank daerah masih dominan di segmen kredit konsumtif khususnya kredit pegawai negeri sementara untuk segmen produktif di daerah masih dikuasai bank besar BUMN seperti bank BRI. "Namun BPD terus berbenah untuk dapat memperluas pangsa pasar kredit produktif untuk meningkatkan ekonomi daerah," ujar Trioksa.
Selain itu, kata Trioksa untuk segmen kredit ASN, BPD masih menguasai namun perlu untuk terus berbenah untuk memperluas pangsa pasar kredit produktif dan bersaing dengan bank-bank besar. Menurutnya, dalam meningkatkan pangsa pasar di wilayahnya BPD perlu untuk terus meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) bank sehingga dapat lebih berani namun tetap memperhatikan manajemen risiko untuk masuk ke segmen kredit produktif. "Di sisi lain perlu juga untuk me-
review kebijakan dan sop kredit bank agar lebih fleksibel dalam penyaluran kredit produktif," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .