KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6% di pertengahan September lalu. Menanggapi hal ini, Asuransi Simas Insurtech (Simas Insurtech) mengatakan bahwa penurunan suku bunga berdampak cukup positif pada ekspektasi kinerja hasil investasi perusahaan. "Terlebih, kebijakan tersebut tentunya sudah dipikirkan masak-masak oleh Bank indonesia untuk menjaga kesehatan keuangan negara dan juga untuk kesehatan kalangan usaha," kata Direktur Utama Simas Insurtech Teguh Aria Djana kepada Kontan.co.id, Senin (30/9).
Teguh mengatakan, dengan adanya penurunan suku bunga ini Simas Insurtech akan melakukan sejumlah strategi agar portofolio investasi perusahaan tetap terjaga. Salah satunya, Simas Insurtech beralih investasi ke instrumen obligasi rating AA ke atas dan reksadana pendapatan tetap. "Sementara untuk jenis investasi yang memberikan imbal hasil paling besar sampai dengan Agustus 2024 yaitu
fixed income di obligasi," ungkapnya.
Baca Juga: Jika Pemerintah Daerah Akali Data Inflasi, Konsekuensinya akan Rugikan Negara Adapun hingga saat ini, Teguh menyebutkan penempatan investasi perusahaan berada di instrumen deposito, reksadana
fixed income, obligasi dan saham. Sayangnya, ia tidak menyebutkan berapa porsi dari penempatan investasi tersebut. Kendati begitu, dia mengatakan bahwa di tahun 2024, Simas Insurtech optimistis kinerja premi bakal terus terdongkrak hingga akhir tahun, di mana pihaknya menargetkan premi bisa naik sebesar 13,64% yoy menjadi Rp 2,5 triliun. "Tahun ini target premi kami sebesar Rp 2,5 triliun, kami optimis dapat tercapai dengan sejumlah strategi yang kami lakukan yaitu dengan menambah
partnership dengan
e-Commerce dan
fintech,” terangnya. Lebih lanjut, Teguh menambahkan, pada 2024 ini Simas Insurtech juga melakukan beberapa perubahan pada aplikasi mobile dan juga beberapa produk baru. “Tahun ini kami akan melakukan beberapa perubahan untuk aplikasi mobile dan beberapa produk baru juga tapi saat ini masih dalam pengajuan ke OJK,” tandasnya.
Baca Juga: Ekonom: Porsi SBN dan SRBI Didominasi Asing, Berisiko Pada Pelemahan Rupiah Selaras dengan hal ini, Pengamat Asuransi Irvan Rahardjo mengatakan penurunan suku bunga acuan BI sebanyak 25 basis point menjadi 6% dan Federal Reserve sebanyak 50 basis point cukup berdampak positif pada pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan lalu menyentuh
all time high dan berpotensi menyentuh 8.000 hingga akhir tahun. "Sehingga hal ini akan meningkatkan hasil investasi asuransi yang beberapa waktu lalu tertekan terutama produk
unitlink. Selain saham, obligasi dan reksadana juga akan memberikan hasil investasi yang lebih besar bagi asuransi," kata Irvan kepada Kontan.co.id, Senin (30/9). Selain itu, Irvan menilai bahwa penurunan suku bunga ini juga akan menggairahkan sektor sektor usaha yang sensitif terhadap bunga seperti perbankan, properti dan pembiayaan.
Baca Juga: Pendapatan Premi Industri Asuransi Umum Tembus Rp 57,9 Triliun di Semester I "Saya juga memperkirakan akan terjadinya peningkatan penjualan mobil yang selama setahun terakhir tertekan dan beralih ke penjualan motor," imbuhnya. Meski begitu, dia mengatakan bahwa sejumlah perusahaan asuransi harus melakukan sejumlah strategi investasi di saat kondisi suku bunga turun seperti saat ini. Perusahaan asuransi bisa beralih ke sektor-sektor yang sensitif terhadap bunga antara lain emiten-emiten perbankan, properti, obligasi dan reksadana. "Perusahaan asuransi juga harus mengurangi porsi investasi pada instrumen deposito yang akan menurun imbal hasilnya," tandas Irvan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati