Simbara Diperluas ke Komoditas Nikel dan Timah, Begini Harapan Pengusaha



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah resmi memperluas penggunaan Sistem Informasi Mineral dan Batubara Kementerian/Lembaga (Simbara) untuk dua komoditas tambahan, yaitu nikel dan timah. 

Sebelumnya, pada tahun 2023, Simbara diluncurkan untuk memantau proses hulu dan hilir komoditas batubara saja. Rencana ke depan juga mencakup perluasan Simbara untuk komoditas tembaga, emas, dan bauksit.

Komitmen Pemerintah dalam Tata Kelola Sumber Daya Alam


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menyatakan bahwa peluncuran Simbara ini adalah bagian dari komitmen pemerintah untuk mengembangkan tata kelola sumber daya alam yang lebih baik, transparan, dan efisien di sektor mineral dan batubara. Pelayanan perizinan tidak bisa optimal tanpa menggunakan sistem informasi

"Beberapa sistem informasi di sektor Minerba yang telah dikembangkan antara lain, MODI, MOMI, EPNBP melayani 120 ribu transaksi dalam satu tahun pengawasan. Ada juga MOMS dan MVP yang digunaka untuk mengawasi transaksi penjualan minerba," kata Arifin dalam sambutan Peluncuran Simbara di Jakarta, Senin (22/7).

Baca Juga: Tambah Pendapatan Negara, Penggunaan Simbara Diperluas ke Nikel dan Timah

Pengembangan Sistem Informasi di Sektor Minerba

Arifin menjelaskan bahwa sejak Oktober 2023, Simbara telah digunakan untuk mendorong optimalisasi pelayanan perizinan, menciptakan tata kelola pertambangan yang lebih transparan dan akuntabel, serta mampu meningkatkan penerimaan negara. 

"Selanjutnya, kami masih akan menyelesaikan beberapa mineral komoditas lain, antara lain tembaga, emas, bauksit, dan lain-lainnya," ujar Arifin.

Integrasi Data untuk Optimalisasi Pengawasan dan Penerimaan Negara

Simbara berkontribusi dalam penyediaan data badan usaha terdaftar, memastikan bahwa badan usaha tersebut terdaftar pada aplikasi MODI, telah memiliki persetujuan RKAB, serta memiliki kuota inventory penjualan yang ada pada aplikasi MOMS dan MVP. 

Dengan integrasi ini, hanya perusahaan tambang yang terdaftar dan memiliki RKAB yang dapat membuat billing profesional, yang setelah dibayarkan akan mendapatkan nomor transaksi penerimaan negara atau NTPN.

Dampak Positif dari Implementasi Simbara

Ke depannya, pemanfaatan sistem Simbara diharapkan dapat memberi dampak positif tidak hanya pada optimalisasi penerimaan negara dan peningkatan efektivitas pengawasan antar kementerian dan lembaga, tetapi juga dalam mewujudkan ekosistem yang mampu mengawal kebijakan pemerintah. 

Sistem ini akan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelaku usaha melalui single entity data dan pemanfaatan satu data mineral yang andal dan akurat.

Dukungan dari Industri

Sekretaris Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI), Meidy Katrin Lengkey, menilai bahwa dengan adanya Simbara, produksi komoditas dapat benar-benar termonitoring karena sinergi antar kementerian yang memudahkan pengusaha. 

"Ini yang kami harapkan semoga mudah-mudahan sistem integrasi ini betul-betul membantu pengusaha," ujarnya saat ditemui usai Peluncuran Simbara.

Meidy menyebut bahwa Simbara dapat bermanfaat untuk pengajuan RKAB, pengalokasian lahan, dan mengetahui jumlah permintaan, yang sebelumnya mengalami ketidakseimbangan antara demand dan supply.

Selain itu, Meidy berharap dengan adanya integrasi melalui Simbara ini, tidak ada lagi penambangan ilegal dan penyelundupan.

Baca Juga: Realisasi Pendapatan SDA Pertambangan Minerba Kontraksi 27,1% pada Semester I-2024

Transparansi dan Efisiensi di Sektor Nikel

Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Nicolas D. Kanter, menyatakan bahwa dengan adanya sistem Simbara, semua data akan berupa digital sehingga lebih transparan dan diharapkan ke depannya akan jauh lebih baik. 

"Dengan adanya Simbara ini, persyaratan akan dibuat sederhana dan transparan. Semua yang digitalisasi akan menjadi terintegrasi sehingga meminimalisasi kebocoran di sektor nikel," jelasnya.

Kontribusi Indonesia di Pasar Nikel dan Timah Global

Indonesia merupakan salah satu produsen nikel dan timah terbesar di dunia. Cadangan nikel Indonesia mencapai sekitar 21 juta ton atau 24% dari total cadangan dunia. 

Cadangan timah Indonesia menempati peringkat kedua dunia dengan cadangan sebesar 800 ribu ton atau 23% dari cadangan dunia.

Pada tahun 2023, volume produksi nikel Indonesia mencapai 1,8 juta metric ton, menempati peringkat pertama di dunia dengan kontribusi sebesar 50% dari total produksi nikel global. 

Produksi timah Indonesia sebesar 78 ribu ton menempati peringkat kedua dengan kontribusi sebesar 22% dari total produksi timah global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .