JAKARTA. Menginjak bulan ketujuh tahun ini, simpanan masyarakat di bank asing yang beroperasi di Indonesia semakin menyusut. Mengutip data Statistik Perbankan Indonesia, hingga akhir Juli 2009, Dana Pihak Ketiga (DPK) di bank asing sebesar Rp 121,32 triliun.Angka ini turun 2,47% dibandingkan dengan nilai per akhir Juni lalu yang masih sebesar Rp 124,40 triliun. Sementara, bila dibandingkan dengan posisi Januari yang mencapai Rp 132,31 triliun, penurunannya lebih besar lagi, yakni sebesar 8,3%. Deposito, baik yang berdenominasi rupiah maupun valuta asing (valas), merupakan produk simpanan yang menyusut terbesar.Nilai deposito rupiah di perbankan asing per Juli lalu sebesar Rp 35,11 triliun atau turun 3,87% dibandingkan nilai per Juni 2009. Jika diperbandingkan dengan posisi akhir Januari, deposito rupiah di bulan Juli itu lebih kecil 11%.Deposito di bank asing dalam bentuk valas juga mengalami tren serupa. Juni silam, nilainya masih sebesar Rp 20,842 triliun, namun di bulan Juli, nilainya turun 10,88% menjadi Rp 18,574 triliun. Malah, jika dihitung dari awal tahun, penurunannya lebih tajam, yakni 30,42%. Per akhir Januari 2009, nilai deposito valas di bank asing masih sebesar Rp 26,696 triliun.Dana murah naikNamun, penurunan simpanan ini tidak terlalu merisaukan pengelola bank asing, mengingat porsi dana murah mereka justru meningkat. Baik tabungan maupun giro yang termasuk kategori low cost fund alias dana murah mengalami kenaikan.Dana murah dalam rupiah naik 8,13% dari Januari ke Juli menjadi sebesar Rp 23,007 triliun. Sedangkan dana murah dalam valas mencatat penurunan tipis 0,41% selama tujuh bulan terakhir menjadi Rp 44,625 triliun.Data-data ini menunjukkan adanya pergeseran komposisi dana murah dan mahal dalam DPK bank asing. Bank asing terlihat terus menggenjot perolehan dana murah. Aksi menjaring dana murah ini sudah sibuk mereka lakukan sejak kuartal I-2009. Perlombaan meraih dana murah semakin ketat ketika Bank Indonesia mematok bunga deposito tertinggi di angka 8%. "Bunga memang salah satu faktor yang dilihat nasabah. Namun, kami juga menawarkan keunggulan pelayanan dan kelebihan produk," ujar Lanny Hendra, General Manager Wealth Management Divisi Consumer Banking Standard Chartered Bank. Stanchart adalah salah satu bank asing yang DPK-nya turun. "Namun, nilainya tidak signifikan," ujar Lanny.Pengelola Bank DBS Indonesia juga mengaku tidak menjadikan bunga sebagai satu-satunya jurus menarik dana dari masyarakat. "Kami juga melakukan inovasi produk, terutama produk tabungan," ungkap Direktur Consumer Banking DBS Indonesia Budiman Tanjung. Contoh inovasi yang dimaksud DBS Indonesia adalah menggelar berbagai program undian bagi nasabah.Sedang Citibank masih tetap mengandalkan jurus memasang bunga yang menarik. Bank asal Amerika Serikat itu menawarkan tabungan rupiah bagi nasabah kakap dengan bunga hingga 6,5% .
Simpanan Nasabah di Bank Asing Mengkerut
JAKARTA. Menginjak bulan ketujuh tahun ini, simpanan masyarakat di bank asing yang beroperasi di Indonesia semakin menyusut. Mengutip data Statistik Perbankan Indonesia, hingga akhir Juli 2009, Dana Pihak Ketiga (DPK) di bank asing sebesar Rp 121,32 triliun.Angka ini turun 2,47% dibandingkan dengan nilai per akhir Juni lalu yang masih sebesar Rp 124,40 triliun. Sementara, bila dibandingkan dengan posisi Januari yang mencapai Rp 132,31 triliun, penurunannya lebih besar lagi, yakni sebesar 8,3%. Deposito, baik yang berdenominasi rupiah maupun valuta asing (valas), merupakan produk simpanan yang menyusut terbesar.Nilai deposito rupiah di perbankan asing per Juli lalu sebesar Rp 35,11 triliun atau turun 3,87% dibandingkan nilai per Juni 2009. Jika diperbandingkan dengan posisi akhir Januari, deposito rupiah di bulan Juli itu lebih kecil 11%.Deposito di bank asing dalam bentuk valas juga mengalami tren serupa. Juni silam, nilainya masih sebesar Rp 20,842 triliun, namun di bulan Juli, nilainya turun 10,88% menjadi Rp 18,574 triliun. Malah, jika dihitung dari awal tahun, penurunannya lebih tajam, yakni 30,42%. Per akhir Januari 2009, nilai deposito valas di bank asing masih sebesar Rp 26,696 triliun.Dana murah naikNamun, penurunan simpanan ini tidak terlalu merisaukan pengelola bank asing, mengingat porsi dana murah mereka justru meningkat. Baik tabungan maupun giro yang termasuk kategori low cost fund alias dana murah mengalami kenaikan.Dana murah dalam rupiah naik 8,13% dari Januari ke Juli menjadi sebesar Rp 23,007 triliun. Sedangkan dana murah dalam valas mencatat penurunan tipis 0,41% selama tujuh bulan terakhir menjadi Rp 44,625 triliun.Data-data ini menunjukkan adanya pergeseran komposisi dana murah dan mahal dalam DPK bank asing. Bank asing terlihat terus menggenjot perolehan dana murah. Aksi menjaring dana murah ini sudah sibuk mereka lakukan sejak kuartal I-2009. Perlombaan meraih dana murah semakin ketat ketika Bank Indonesia mematok bunga deposito tertinggi di angka 8%. "Bunga memang salah satu faktor yang dilihat nasabah. Namun, kami juga menawarkan keunggulan pelayanan dan kelebihan produk," ujar Lanny Hendra, General Manager Wealth Management Divisi Consumer Banking Standard Chartered Bank. Stanchart adalah salah satu bank asing yang DPK-nya turun. "Namun, nilainya tidak signifikan," ujar Lanny.Pengelola Bank DBS Indonesia juga mengaku tidak menjadikan bunga sebagai satu-satunya jurus menarik dana dari masyarakat. "Kami juga melakukan inovasi produk, terutama produk tabungan," ungkap Direktur Consumer Banking DBS Indonesia Budiman Tanjung. Contoh inovasi yang dimaksud DBS Indonesia adalah menggelar berbagai program undian bagi nasabah.Sedang Citibank masih tetap mengandalkan jurus memasang bunga yang menarik. Bank asal Amerika Serikat itu menawarkan tabungan rupiah bagi nasabah kakap dengan bunga hingga 6,5% .