JAKARTA. Setelah resmi mengambil alih PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU), Sinar Mas bergegas menyelesaikan restrukturisasi utang perusahaan batubara itu. Targetnya, utang obligasi senilai US$ 950 juta selesai direstrukturisasi sebelum pergantian tahun ini. Fuganto Widjaja, Direktur Utama BRAU mengatakan, fokus utama perseroan adalah menyelesaikan restrukturisasi dan menggenjot operasional produksi tambang.
Untuk restrukturisasi, Sinar Mas dibantu oleh pemegang saham Asia Resource Minerals Plc (ARMS), yakni Argyle Street Management Ltd (ASML). Meski sebelumnya Sinar Mas sudah memberi proposal restrukturisasi BRAU, skema restrukturisasi itu masih bisa berubah. Fuganto bilang, saat ini, BRAU sudah mengirimkan tim auditor untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar utang dalam beberapa tahun ke depan. Jika ada penilaian dari auditor, barulah BRAU menentukan skema utama yang akan digunakan untuk restrukturisasi. Skema itu bisa dengan dana suntikan tunai, penerbitan obligasi baru, ataupun dana pinjaman. "Sebelum Januari tahun depan, kami ingin pastikan semua restrukturisasi beres," jelas Fuganto usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Rabu (19/8). Proposal restrukturisasi sebelumnya berdasarkan kondisi BRAU sebelum diambil alih Sinar Mas. "Tetapi jika
bond holder menyetujui proposal itu, maka bisa saja digunakan. Kami masih cari skema yang terbaik," imbuhnya. Sekadar mengingatkan, dalam proposal restrukturisasi awal, perseroan akan menerbitkan obligasi baru sebesar US$ 387,53 juta yang akan jatuh tempo Juli 2019 dan digunakan untuk menukar obligasi senilai US$ 450 juta yang jatuh tempo Juli 2015 lalu. Kemudian, perseroan juga akan menerbitkan obligasi baru senilai US$ 443,72 juta yang akan jatuh tempo pada Desember 2020 untuk menukar obligasi tahun 2017 senilai US$ 500 juta. Selain itu, ada injeksi modal tunai dari Sinar Mas ke BRAU. Brian Liu, Associate Vice President Argyle Street Management mengatakan, proses restrukturisasi ini ternyata lebih sulit dari dugaan. BRAU harus melakukan penilaian kembali terhadap kemampuan operasional perseroan. "Proses ini masih terus berjalan, dan kami membutuhkan waktu untuk mencari skema terbaik," tandas Brian. Menurut Fuganto, masuknya Grup Sinar Mas ke BRAU seharusnya bisa mempermudah operasional BRAU. Ia akan mensinergikan bisnis energi yang sudah dimiliki Sinar Mas ke BRAU. Namun, Fuganto enggan menjelaskan apa saja target operasional BRAU dalam waktu dekat.
"Yang jelas semua bisnis akan disinergikan. Jika ada proyek
power plant, kami berharap BRAU bisa jadi pemasok kebutuhan batubaranya," imbuhnya. Saat ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham BRAU. Pasalnya, BRAU masih belum menyerahkan laporan keuangan Kuartal I tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto