Sinarmas Agro Khawatir Cuaca



JAKARTA. Persoalan cuaca buruk masih membayangi bisnis perkebunan sawit pada tahun ini. Pasalnya, di kuartal III-2014 diperkirakan akan terjadi musim kering dalam waktu lama sehingga produksi Tandan Buah Segar (TBS) akan terganggu.

Daud Dharsono, Presiden Direktur PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMART) mengatakan, gejala gangguan cuaca kering yang akan melanda sentra produksi sawit ini telah terlihat dari naiknya temperatur air di samudra Pasifik dan anomali di samudra Atlantik.

Bila cuaca kering ini berlangsung lama, dikhawatirkan akan mempengaruhi produksi minyak sawit. "Tahun 2014 saya agak khawatir dengan adanya perkiraan kekeringan di kuartal III. Kami pantau terus," ujar Daud, Rabu (5/2).


Tak hanya itu, kata Daud jika cuaca kering biaya produksi sawit menjadi tidak sebanding dengan hasil produksi. Pasalnya, saat musim kering tanaman sawit butuh tambahan pupuk yang cukup banyak untuk mengantisipasi penurunan produksi. Semakin tua usia tanaman, biaya produksi semakin besar.

Tony Liwang Plant Production & Biotechnology Division SMART menambahkan,  tingginya intensitas hujan di awal tahun seperti ini dikhawatirkan mengakibatkan kondisi cuaca pada kuartal III-2014 mengalami kekeringan. 

Kata Tony, biaya produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di Indonesia sekitar US$ 350-US$ 400 per ton. Bila cuaca kering lebih dari dua bulan, produksi CPO bisa turun hingga 14% dari kondisi normal. Sekadar catatan, produksi CPO Indonesia rata-rata sebesar 3,5 ton setiap hektar (ha).

Tapi, produksi CPO secara nasional tahun ini diproyeksi akan naik karena perluasan lahan kebun sawit. Daud bilang, produksi CPO 2014 bisa 30 juta ton-31 juta ton, dari 29 juta ton pada tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi