JAKARTA. Golden Agri Resources Ltd berencana mengrek kapasitas produksi biodiesel di Indonesia. Untuk itu, perusahaan kelapa sawit induk usaha PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (
SMAR) tersebut akan membangun dua pabrik biodiesel di Indonesia . Rencananya, pabrik tersebut berlokasi di Kalimantan Selatan dan Jakarta. Masing-masing bakal berkapasitas 300.000 ton per tahun. Untuk mendirikan dua pabrik tersebut, Golden Agri harus merogoh kocek antara US$ 150 juta hingga US$ 200 juta. Dengan nilai tukar
Rp 13.700 per dollar AS, investasinya setara Rp 2,05 triliun sampai Rp 2,74 triliun. “Sumber dana diambil dari arus kas,” kata Richard Fung, Direktur merangkap Hubungan Investor Golden Agri Resources, Kamis, (13/8). Namun, pembangunan pabrik biodiesel ini tidak dilakukan melalui SMAR, melainkan anak usaha Golden Agri yang lain. Richard berharap, pabrik tersebut rampung pada tahun depan. Pabrik pertama diperkirakan selesai pada semester pertama. Lalu diikuti pabrik kedua pada semester kedua. Menurut Richard, Golden Agri sedang proses tender dengan PT Pertamina sebagai calon pembeli hasil produksi pabrik biodiesel anyar itu. Sayang, ia belum mau buka-bukaan terkait rincian tender tersebut. Selain itu, hasil produksi juga akan dijual untuk program biodiesel pemerintah. Richard yakin, komitmen pemerintah Indonesia menggenjot biodiesel dengan adanya mandatori B15. Ini adalah program pencampuran biodiesel ke bahan bakar minyak (BBM) jenis solar sebesar 15% atau B15. Richard memperkirakan, implementasi B15 akan terpenuhi dalam satu hingga dua tahun mendatang.
Sebelumnya, Golden Agri melalui SMAR telah menargetkan produksi biodiesel sebanyak 1,3 juta ton pada tahun ini. Energi terbarukan tersebut akan mulai diproduksi di pabrik Riau dan Jakarta. Terkait harga komoditas minyak sawit alias crude palm oil (CPO), Richard menduga masih akan turun. Meski begitu, ia optimistis, harga membaik tahun depan, sebab pertumbuhan produksi kelapa sawit rendah. Perkiraannya, pertumbuhan produksi CPO Golden Agri akan sedikit lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Faktor badai El Nino baru akan berpengaruh di kuartal IV-2015 atau malah tahun depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto