JAKARTA. Sinarmas Land Group tidak akan bermain dan menggarap pasar premium (high end) sampai lima tahun ke depan, meskipun pasar ini terus memperlihatkan pertumbuhan signifikan. Group Chief Executive Officer Sinarmas Land Group, Michael Widjaja. Menurutnya, Sinarmas Land akan fokus pada pengembangan properti perumahan skala kota yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang dan properti komersial di seluruh Indonesia. "Kami beri kesempatan untuk yang lain. Jadi, untuk saat ini, properti mewah bukan orientasi kami. Setidaknya dalam lima tahun ke depan. Kami berkonsentrasi mengembangkan properti menengah atas, baik untuk hunian, maupun komersial," papar Michael, Rabu (19/3) seperti dikutip dari kompas.com. Michael tak menampik bahwa jumlah populasi orang kaya (high net worth individual) di Indonesia terus bertambah seiring pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, kalangan kelas menengah dan menengah atas juga tak kalah besar porsinya. "Properti bagi kalangan menengah dan menengah atas masih sangat dibutuhkan. Tidak saja di Pulau Jawa, melainkan juga di kota-kota lapis kedua dan ketiga di seluruh Indonesia. Terdapat 20 kota yang masuk dalam pipeline ekspansi pembangunan Sinarmas Land," imbuh Michael. Pendapat senada dikemukakan Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia, Panangian Simanungkalit. "Bagi pengembang yang punya cadangan lahan (land bank) sangat luas di luar Jakarta, bermain di kelas menengah, dan menengah atas merupakan strategi tepat. Mereka membangun dengan tawaran nilai tambah yakni fasilitas pelengkap produk utama.Tingkat pengembalian investasi juga cepat yang bisa diputar untuk pengembangan proyek lainnya," tandas Panangian. Terlebih, ceruk pasar kelas premium hanya 10 persen hingga 15 persen. Pangsa yang terbatas ini membuat kompetisi terjadi sangat ketat. Pengembang dipaksa untuk memberikan yang terbaik kepada konsumennya. Salah satunya, dengan menggandeng rantai operator internasional. "Bagi pengembang yang punya lahan terbatas di tengah kota Jakarta, mau tak mau harus membangun properti mewah. Pasalnya harga lahan sudah sangat tinggi. Sangat tidak layak bila punya lahan di Jakarta tapi hanya dibangun properti kelas menengah atau biasa saja," ucap Panangian. (Hilda B Alexander)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sinarmas Land klaim tidak akan bermain di premium
JAKARTA. Sinarmas Land Group tidak akan bermain dan menggarap pasar premium (high end) sampai lima tahun ke depan, meskipun pasar ini terus memperlihatkan pertumbuhan signifikan. Group Chief Executive Officer Sinarmas Land Group, Michael Widjaja. Menurutnya, Sinarmas Land akan fokus pada pengembangan properti perumahan skala kota yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang dan properti komersial di seluruh Indonesia. "Kami beri kesempatan untuk yang lain. Jadi, untuk saat ini, properti mewah bukan orientasi kami. Setidaknya dalam lima tahun ke depan. Kami berkonsentrasi mengembangkan properti menengah atas, baik untuk hunian, maupun komersial," papar Michael, Rabu (19/3) seperti dikutip dari kompas.com. Michael tak menampik bahwa jumlah populasi orang kaya (high net worth individual) di Indonesia terus bertambah seiring pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, kalangan kelas menengah dan menengah atas juga tak kalah besar porsinya. "Properti bagi kalangan menengah dan menengah atas masih sangat dibutuhkan. Tidak saja di Pulau Jawa, melainkan juga di kota-kota lapis kedua dan ketiga di seluruh Indonesia. Terdapat 20 kota yang masuk dalam pipeline ekspansi pembangunan Sinarmas Land," imbuh Michael. Pendapat senada dikemukakan Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia, Panangian Simanungkalit. "Bagi pengembang yang punya cadangan lahan (land bank) sangat luas di luar Jakarta, bermain di kelas menengah, dan menengah atas merupakan strategi tepat. Mereka membangun dengan tawaran nilai tambah yakni fasilitas pelengkap produk utama.Tingkat pengembalian investasi juga cepat yang bisa diputar untuk pengembangan proyek lainnya," tandas Panangian. Terlebih, ceruk pasar kelas premium hanya 10 persen hingga 15 persen. Pangsa yang terbatas ini membuat kompetisi terjadi sangat ketat. Pengembang dipaksa untuk memberikan yang terbaik kepada konsumennya. Salah satunya, dengan menggandeng rantai operator internasional. "Bagi pengembang yang punya lahan terbatas di tengah kota Jakarta, mau tak mau harus membangun properti mewah. Pasalnya harga lahan sudah sangat tinggi. Sangat tidak layak bila punya lahan di Jakarta tapi hanya dibangun properti kelas menengah atau biasa saja," ucap Panangian. (Hilda B Alexander)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News