JAKARTA. Sinarmas Land mulai agresif untuk mengakuisi atau mengembangkan properti ke luar negeri. Setelah baru-baru ini mengakuisi 33 Horseferry Road di London, Inggris, pengembang properti ini berencana untuk membidik lokasi baru di Inggris maupun negara-negara Eropa lainnya. Walaupun saat ini kontribusi pendapatan properti luar negeri Sinarmas Land masih rendah yakni 10%, tahun ini perseroan optimistis dapat berkontribusi hingga 15%. Menurut Direktur Eksekutif Sinarmas Land Ltd Ferdinand Sideli, Inggris dibidik menjadi lokasi investasi kembali karena sebagian besar kontribusi pendapatan Sinarmas dari seluruh properti di luar negeri berasal dari sewa perkantoran-perkantoran di London yakni mencapai hingga 70%. Saat ini total ada tiga properti milik perseroan di London, yaitu pusat perkantoran dan hunian small office and home office alias SOHO, Alphabeta Building, dan terakhir 33 Horseferry Road. “Untuk itu walaupun baru saja mengakuisi di Victoria, jika tahun ini ada lokasi yang tepat untuk berinvestasi, kami sudah siap untuk akuisisi lagi,” ungkap Ferdinand saat dihubungi KONTAN, Rabu (26/7). Namun, ia masih enggan menyebutkan negara Eropa lainnya selain Inggris yang sedang dibidik. Menurutnya, saat ini pihaknya sudah mengkaji lokasi-lokasi di beberapa negara namun seluruhnya masih dalam tahap peninjauan. Ia melanjutkan, proses akuisisi sebuah lokasi tergolong panjang. Pertama, harus menentukan terlebih dahulu negara yang sesuai dengan kriteria investasi baru setelah itu mencari target investasi yang cocok. Kriteria investasi ini terkait dengan mudahnya pendanaan, perkiraan yield atau laba investasi, likuiditas serta legal dan tax sytem negara tersebut. “Ini menyebabkan ada proses yang panjang dalam mencari pendanaan yang tepat supaya bisa memberikan return yang baik. Yang terpenting adalah yield,” lanjutnya. Kesulitan selanjutnya adalah mengenai pasar investasi properti di luar negeri terutama Inggris yang sangat kompetitif. Ia mengaku, banyak sekali investor dari berbagai negara seperti China, Korea, Jepang, Rusia, dan Timur Tengah yang berlomba-lomba berinvestasi di sana. Ferdinand optimistis bisnis properti mereka di luar negeri masih akan terus berkembang. Sebagai acuan, tahun ini untuk 2 residensial milik perusahaan di China, yakni Chengdu dan Shenyang mengalami pertumbuhan 7%.
Sinarmas Land masih haus ekspansi ke luar negeri
JAKARTA. Sinarmas Land mulai agresif untuk mengakuisi atau mengembangkan properti ke luar negeri. Setelah baru-baru ini mengakuisi 33 Horseferry Road di London, Inggris, pengembang properti ini berencana untuk membidik lokasi baru di Inggris maupun negara-negara Eropa lainnya. Walaupun saat ini kontribusi pendapatan properti luar negeri Sinarmas Land masih rendah yakni 10%, tahun ini perseroan optimistis dapat berkontribusi hingga 15%. Menurut Direktur Eksekutif Sinarmas Land Ltd Ferdinand Sideli, Inggris dibidik menjadi lokasi investasi kembali karena sebagian besar kontribusi pendapatan Sinarmas dari seluruh properti di luar negeri berasal dari sewa perkantoran-perkantoran di London yakni mencapai hingga 70%. Saat ini total ada tiga properti milik perseroan di London, yaitu pusat perkantoran dan hunian small office and home office alias SOHO, Alphabeta Building, dan terakhir 33 Horseferry Road. “Untuk itu walaupun baru saja mengakuisi di Victoria, jika tahun ini ada lokasi yang tepat untuk berinvestasi, kami sudah siap untuk akuisisi lagi,” ungkap Ferdinand saat dihubungi KONTAN, Rabu (26/7). Namun, ia masih enggan menyebutkan negara Eropa lainnya selain Inggris yang sedang dibidik. Menurutnya, saat ini pihaknya sudah mengkaji lokasi-lokasi di beberapa negara namun seluruhnya masih dalam tahap peninjauan. Ia melanjutkan, proses akuisisi sebuah lokasi tergolong panjang. Pertama, harus menentukan terlebih dahulu negara yang sesuai dengan kriteria investasi baru setelah itu mencari target investasi yang cocok. Kriteria investasi ini terkait dengan mudahnya pendanaan, perkiraan yield atau laba investasi, likuiditas serta legal dan tax sytem negara tersebut. “Ini menyebabkan ada proses yang panjang dalam mencari pendanaan yang tepat supaya bisa memberikan return yang baik. Yang terpenting adalah yield,” lanjutnya. Kesulitan selanjutnya adalah mengenai pasar investasi properti di luar negeri terutama Inggris yang sangat kompetitif. Ia mengaku, banyak sekali investor dari berbagai negara seperti China, Korea, Jepang, Rusia, dan Timur Tengah yang berlomba-lomba berinvestasi di sana. Ferdinand optimistis bisnis properti mereka di luar negeri masih akan terus berkembang. Sebagai acuan, tahun ini untuk 2 residensial milik perusahaan di China, yakni Chengdu dan Shenyang mengalami pertumbuhan 7%.