KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konglomerasi perusahaan properti, Sinarmas Land, memprediksikan laju pasar properti tak akan mudah sampai tahun 2019. Oleh karena itu, entitas usaha milik Keluarga Eka Tjipta Widjaja tersebut menyiapkan sejumlah strategi bisnis supaya roda penjualan tetap berputar. P
ertama, Sinarmas Land menawarkan produk properti dengan segmen harga lebih murah. Untuk itu, mereka akan membangun hunian dengan ukuran kecil. Ini adalah strategi strategi Sinarmas Land menjadikan investasi properti lebih likuid. Pertimbangan Sinarmas Land, dulu banyak investor yang bisa menginvestasikan seluruh dana Rp 5 miliar ke properti. Namun saat ini, alokasinya berkurang menjadi sekitar Rp 2 miliar.
Dana lebih milik investor kemudian masuk ke instrumen yang lebih likuid. Sebut saja deposito, saham atau yang lain. "Sebab, properti itu bukan instrumen investasi yang likuid," jelas Ishak Chandra,
Chief Executive Officer Strategic Development & Sevices Sinar Mas Land di Jakarta, Sabtu (7/4). Strategi
kedua, Sinarmas Land akan memperkuat pemasaran dengan menggelar program bertajuk Easy Deal. Program tersebut berupa kemudahan pembayaran bagi konsumen yang berlangsung selama April-Juli 2018. Salah satu contohnya adalah subsidi uang muka 10% untuk pembayaran menggunakan kredit kepemilikan apartemen (KPA). Jadi, dari kewajiban uang muka 15%, konsumen hanya menyetor 5%. Lantas, 10% sisanya adalah subsidi Sinarmas Land. Program tersebut berlaku khusus untuk produk
ready stock dan dalam proses pembangunan. Total nilai produk yang masuk dalam program tersebut mencapai Rp 8,2 triliun. Namun, target Sinarmas tak muluk-muluk. Mereka hanya mematok penjualan sebesar Rp 2,5 triliun. Maklum, Sinarmas tak bisa sepenuhnya melawan siklus pasar. Menurut pengalaman mereka, setiap kali Indonesia menghadapi pemilihan umum presiden (pilpres), industri properti selalu turun 30%-40%. "Tetapi enam bulan sampai setahun pasca pemilu, pasar akan meningkat tajam siapapun kandidat yang menang, tidak peduli sesuai atau tidak sesuai dengan harapan
market," ungkap Ishak. Satu catatan, siklus tersebut sempat mengalami anomali pada tahun 2014. Meskipun presiden terpilih sesuai dengan harapan pasar, industri properti justru anjlok. Pemicunya adalah kebijakan Bank Indonesia (BI) berupa aturan
loan to value (LTV) dan inden yang muncul per akhir 2013. Kala itu BI bertujuan menekan pertumbuhan properti.
Sinarmas Land mengembangkan bisnis di dalam negeri dan luar negeri. Wakil mereka di pasar domestik adalah PT Bumi Serpong Damai Tbk dan PT Puradelta Lestari Tbk. Bumi Serpong Damai, sebagai contoh, tahun ini membidik
marketing sales atau pendapatan pra penjualan sebesar Rp 7,2 triliun. Target
marketing sales Bumi Serpong Damai tahun 2018 relatif
flat dibandingkan tahun lalu. Namun perusahaan properti berkode saham BSDE di Bursa Efek Indonesia itu memastikan, kuantitas produk properti yang terjual tahun ini bakal lebih banyak. Sebab, penopang utama penjualan tahun 2017 adalah lahan kaveling. Adapun Sinarmas Land tidak mencanangkan target kinerja tahun 2018. "Sinarmas Land tidak pernah memberikan target penjualan secara tahunan. Sinarmas Land itu adalah
brand bukan perusahaan, jadi kalau soal target lihat ke BSDE," kata Ishak. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati