JAKARTA. Grup Sinarmas boleh bernafas lega. Ambisi menjadi pemegang saham pengendali Asia Resource Minerals Plc (ARMS) bakal segera terwujud. Sinarmas sudah memperoleh komitmen 74,7% saham dari voting rights penawaran terbuka yang dilakukan melalui Asia Coal Energy Ventures Limited (ACE). Penawaran ini segera berakhir pada Rabu (15/7) mendatang. Dengan demikian, anak usaha ARMS, PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) bisa segera melakukan restrukturisasi utang. Secara operasional, Sinarmas akan mulai mengendalikan BRAU pada Agustus mendatang.
Berau Coal sudah menyampaikan rencana Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 19 Agustus nanti. RUPSLB ini dilakukan atas permintaan Vallar Investment UK Ltd., pemilik 84,74% saham BRAU. Kelak, ARMS mengendalikan BRAU melalui Vallar. Salah satu agenda RUPSLB adalah mengganti tampuk kepemimpinan BRAU. Direktur Utama BRAU nantinya akan diisi Fuganto Widjaja, yang saat ini menjabat Direktur Utama PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS), anak usaha Grup Sinarmas. Sedangkan Managing Director Grup Sinarmas Gandhi Sulistyanto bakal mengisi jabatan Komisaris Utama BRAU. "Saat ini prosesnya berjalan lancar dan sudah mendapatkan komitmen lebih dari 70% pemegang saham. Nantinya, kami akan resmi masuk ke BRAU setelah Lebaran, pada bulan Agustus," ungkap Gandhi, Senin (13/7). Grup Sinarmas juga sudah mengamankan pendanaan untuk mengeksekusi proses penawaran terbuka. ACE sudah mendapatkan pinjaman £ 135 juta dari PT Sinarmas Multi Artha Tbk (SMMA). Namun, Gandhi belum bisa mengatakan, kapan ARMS akan menerbitkan notes baru untuk mengganti notes BRAU senilai US$ 450 juta yang sudah gagal bayar. Proses restrukturisasi Seperti diberitakan sebelumnya, BRAU gagal membayar utang US$ 450 juta yang jatuh tempo 8 Juli 2015. Manajemen BRAU memastikan tak sanggup membayar utang obligasi yang diterbitkan anak usahanya di Singapura tersebut. Obligasi BRAU ini memiliki kupon 12,5%. Surat utang tersebut diterbitkan anak usaha, Berau Resources Pte Ltd dan dijamin oleh sang induk (baca Harian KONTAN, 8 Juli 2015). "Proses restrukturisasi masih berjalan, dan baru bisa dilakukan setelah kami mengendalikan operasional BRAU," ujar Gandhi.
Ari Ahmad Effendi, Head Legal and Corporate Secretary BRAU, menyatakan, saat ini anak usaha BRAU di Singapura sudah menghentikan seluruh pembayaran kupon dan pokok utang. Hal ini untuk mempermudah proses restrukturisasi yang akan dilakukan, termasuk restrukturisasi obligasi US$ 500 juta yang jatuh tempo pada 2017. "Belum tahu pastinya berapa jumlah notes yang akan diterbitkan untuk mengganti notes lama," ujar Ari. Namun, dari proposal restrukturisasi awal, ARMS akan menerbitkan obligasi baru US$ 387,53 juta yang akan jatuh tempo Juli 2019 dan digunakan untuk menukar obligasi yang jatuh tempo saat ini. ARMS selanjutnya akan menerbitkan obligasi baru senilai US$ 443,72 juta yang jatuh tempo pada Desember 2020 untuk menukar obligasi tahun 2017 senilai US$ 500 juta. "Kami ingin segera membangun pembangkit listrik. Jadi diharapkan seluruh proses ini selesai pada tahun ini," tandas Ari. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto