JAKARTA. PT Sinde Budi Sentosa, produsen larutan penyegar Cap Badak, ingin menancapkan tanduknya di bisnis minuman larutan penyegar. Akhir tahun ini, perusahaan ini akan meluncurkan minuman penyegar dalam kemasan kaleng langsing alias
slim can. Sinde Budi akan menambah mesin baru demi melancarkan ekspansi tersebut. "Kami membeli mesin baru dari Jerman," ungkap Budi Yuwono, pemilik sekaligus Komisaris Utama PT Sinde Budi Sentosa, selepas media briefing soal industri jamu kepada KONTAN, kemarin. Mesin terbaru pembuat kemasan kaleng ini bakal tiba di pabrik milik Sinde Budi paling cepat September 2012 atau paling telat Oktober 2012. Budi berkeyakinan bahwa produk terbaru Sinde Budi plus kemasan yang baru ini bisa menarik perhatian konsumen. Dia mengklaim produk ini lebih gampang dibawa konsumen dan lebih praktis, sesuai dengan tuntutan konsumen saat ini.
Alhasil, Budi optimistis ekspansi produk ini akan mendongkrak kinerja keuangan Sinde Budi. Sayang, Budi enggan membocorkan angka-angka investasi, kapasitas produksi maupun kinerja keuangan perusahaannya. "Yang pasti penjualan akan terus meningkat," kata dia. Dia hanya menyatakan, kehadiran satu mesin kemasan baru tersebut akan mendongkrak kapasitas produksi Sinde Budi sebesar 15%-20% di tahun ini. Saat ini Sinde Budi memiliki lima pabrik produksi yang berada di Tambun, Bekasi, Jawa Barat. Sebagai gambaran, potensi bisnis industri jamu di pasar domestik masih terbuka lebar. Saban tahun, industri jamu ini memiliki potensi pasar senilai Rp 25 triliun. Di antara produk jamu, minuman larutan penyegar termasuk idaman para konsumen di Tanah Air. Menurut Budi, penggemar minuman larutan penyegar ini bukan hanya kalangan menengah bawah, kalangan atas pun sudah menyukai produk minuman jamu ini. Itu sebabnya, selain menambah kapasitas produksi dan inovasi kemasan minuman, Sinde Budi juga sedang menggodok produk baru berupa minuman jamu kelas premium. Produk ini akan menyasar konsumen kalangan menengah atas. Sinde Budi Sentosa agaknya ingin menancapkan kukunya lebih dalam lagi sebagai penguasa pasar minuman penyegar di Tanah Air dengan beragam ekspansi dan inovasi tersebut. Maklum, sejak awal berdiri, Sinde Budi memang identik dengan produk minuman penyegar. Beberapa produk yang dikendalikan Sinde Budi antara lain Larutan Penyegar Cap Badak, Lasegar, Ena\'O, Teangin, Liang Teh Cap Pistol dan Dellpo. Di luar itu, perusahaan ini memproduksi balsem, puyer, dan obat kulit. Selain memproduksi sendiri, Sinde Budi mendistribusikan beberapa obat impor dari mitra mereka seperti obat batuk, obat sakit perut, hingga minyak angin. Budi menjelaskan, Sinde Budi sudah mengekspor larutan penyegar Cap Badak ke China, Timur Tengah, Hong Kong, Korea Selatan, Belgia, dan Nigeria. Agar mudah menembus pasar luar, Sinde Budi mengganti merek Cap Badak menjadi Rhino Brand. Asal tahu saja, Sinde Budi awalnya adalah sebagai penyalur larutan penyegar Cap Kaki Tiga. Setelah pecah kongsi dengan Wen Ken Drugs Singapore Limited, pemilik merek Cap Kaki Tiga, Sinde Budi memilih memakai merek Cap Badak.
Larutan penyegar Cap Kaki Tiga tetap dikuasai Wen Ken dan dipasarkan PT Kinocare Era Kosmetindo. "Kini larutan Cap Kaki Tiga bukan produksi kami lagi," tutur Jony Yuwono, Assistant President Director Sinde Budi. Pergantian merek ini jelas bukan perkara gampang. Menurut Jony, Sinde Budi butuh waktu satu tahun untuk mengedukasi pasar. Bahwa saat ini Sinde Budi bukan memakai Cap Kaki Tiga melainkan menjadi Cap Badak. Setelah setahun mengedukasi pasar, Jony mengklaim bahwa konsumen memperhatikan gambar badak sebagai ikon produk Sinde Budi. Jony mengklaim menarik kesimpulan tersebut berdasarkan survei konsumen. Hasil survei itu menyatakan, konsumen memang teringat kata Cap Kaki Tiga, tapi secara visual lebih teringat gambar badak. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini