Sinergi Antar Pemangku Kepentingan Dibutuhkan Demi Kemajuan Riset Industri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinergi antara pendidikan vokasi dan industri amat penting dalam peningkatan kapasitas serta kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan. Saat ini, koneksi antara keduanya belum begitu optimal. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah penguatan riset terapan dan konsep link and match kepada pelaku industri.

Terlebih Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) baru saja meluncurkan Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri Dosen Perguruan Tinggi Vokasi bagi seluruh insan vokasi di Tanah Air.

Program ini berbasis pada demand driven, yaitu riset yang digerakkan berdasarkan permintaan dan kebutuhan guna menyelesaikan masalah nyata di dunia usaha dan dunia industri (DUDI), pasar, maupun masyarakat.  Diharapkan dengan pengembangan program riset ini muncul inovasi, sumber daya manusia (SDM) unggul dan juga mengatasi problem industri.


Sekretaris Jenderal Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (AIMI), Berry Juliandi menjelaskan riset memiliki kesinambungan antara riset dasar dan terapan. Riset dasar dilakukan untuk menjawab pertanyaan pribadi yang kemudian disebut sebagai pusataka ilmiah. Nah riset dasar inilah yang menjadi modal riset terapan yang bisa menjawab kebutuhan masyarakat, industri dan lainnya.

Sehingga riset dasar dan riset terapan ini merupakan kesinambungan yang penting sehingga dari kegiatan riset tersebut dapat menghasilkan tenologi, kebijakan atau intervensi sosial yang sesuai dengan kebutuhan.

Berbeda dengan riset dasar yang lebih banyak dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, riset terapan lebih banyak dilakukan untuk menjawab kebutuhan masyarakat, industri atau konteks yang lebih luas.

Di berbagai negara maju, pendidikan vokasi memiliki peran penting dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM). Sehingga lulusan vokasi sangat diperlukan sebagai tonggak pembangunan ekonomi negara.

Untuk mewujudkan lulusan vokasi yang andal, maka diperlukan kesamaan visi dari semua pihak, baik pemerintah, industri maupun stakeholder terkait pendidikan vokasi.

"Industri dan pendidikan vokasi perlu memiliki ruang bersama untuk lebih dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Melalui komunikasi yang baik maka trust (kepercayaan) akan muncul," kata Berry.

Sektor industri terbukti memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional melalui kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja, pemerataan ekonomi serta sebagai sektor penghasil devisa ekspor non-migas dengan nilai yang cukup signifikan. Untuk mendukung pengembangan sektor industri, diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) industri melalui pendidikan vokasi dengan kerjasama antar pemangku kepentingan.

Hadi S. Cokrodimejo, Ketua Pokja Vokasi KADIN Jawa Barat menjelaskan riset industri sangat berguna agar Indonesia tak kebanjiran impor. Riset tersebut khususnya dalam industri informasi dan teknologi (ICT), kesehatan, logam dan mesin.

Menurutnya pelaku usaha ingin memperkuat industri dalam negeri melalui riset terapan, hal ini juga dilakukan UMKM yang ternyata berguna untuk pengembangan industri. Namun hasil riset tersebut tidak banyak terintegrasi dengan sekolah dan RnD, termasuk juga balai-balai besar di Kementerian Perindustrian.

Menurutnya ada 75 bidang yang disediakan Kadin untuk melakukan riset terapan dalam menjawab kebutuhan UMKM dan masyarakat. Jumlah ini kalau dilakukan dengan baik dan didukung akan mampu menekan impor bahan baku, pun juga dari kualitas produk akan lebih baik dan murah sehingga bisa bersaing dengan produk-produk luar negeri.

"Dengan riset vokasi tersebut saya harap bisa menjembatani kebutuhan riset dasar maupun riset terapan. Hal ini supaya Indonesia bisa maju seperti negara lain," kata Hadi.

KADIN juga bertekad untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) industri lewat program vokasi. Untuk itu pihaknya bersama dengan pemerintah berperan aktif dalam melaksanakan program pendidikan vokasi yang link and match.

"Ada peluang riset banyak dari industri tapi semua ini belum terintegrasi. Oleh karena itu, kami terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah, pemerintah pusat serta dunia pendidikan untuk terlibat dalam program vokasi," kata Hadi.

Agus Edy Pramono, Pengajar Politeknik Negeri Jakarta mengatakan SDM di Indonesia pada dasarnya mampu meriset baik untuk riset dasar maupun riset terapan. Mahasiswa pendidikan vokasi atau politeknik sesuai dengan kebutuhan industri, namun demand dan supply ini masih belum saling terkoneksi.

 "Hanya saja, baik industri, periset maupun pemerintah saling bingung kebutuhan masing-masing. Ini perlu diperbaiki dengan cara komunikasi," jelasnya.

Ia menambahkan riset terapan sulit dilakukan di lingkungan Politeknik tanpa adanya kerjasama dengan kalangan industry. Untuk itu pihaknya mengharapkan peluang dan kerjasama baru antar pemangku kepentingan.

Adil B. Ahza, Tim Program Riset Keilmuan Terapan menjelaskan upaya tersebut akan dapat berjalan dengan baik apabila dapat membangun kemitraan yang harmonis antara pemerintah, industri, periset dan juga dengan masyarakat luas. Ia juga berharap agar tim periset bersama mitra bekerja sama menyelesaikan berbagai permasalahan yang real berbasis pemecahan masalah yang bersinergi.

"Harus ada kemitraan yang selaras. Masing-masing pihak tidak bisa bekerja sendiri," kata Adil

Menurutnya riset keperluan industri pada memiliki sifat mengejar keuntungan atua profit oriented. Sedangkan kebutuhan masyarakat memiliki sifat yang lebih social enterprises. Untuk itu upaya menyelaraskan keduanya harus dilakukan secara tersruktur sehingga dapat menangkap maksud dan tujuan masing-masing.

“Dan bagi Politeknik Ini adalah hajatan institusi, jadi satu organsiasi harus memberikan impact. Ini harus cross discipline jangan hanya satu orang tetapi instituional diriven,” tutupnya.

Program Riset Keilmuan Terapan

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) baru saja meluncurkan Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri-Dosen Perguruan Tinggi Vokasi bagi seluruh insan vokasi di Tanah Air.

Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri-Dosen Perguruan Tinggi Vokasi akan memfasilitasi 51 proposal yang lolos serangkaian proses seleksi dengan masing-masing pendanaan yang dapat diusulkan senilai Rp500 juta.

Program ini memiliki dua skema, pertama adalah skema A, yaitu pengembangan riset terapan dari permasalahan nyata di DUDI dan masyarakat. Kedua adalah skema B, yaitu pengembangan riset terapan lanjutan/riset pengembangan yang dikembangkan dari perolehan Kekayaan Intelektual (KI) sebelumnya oleh PTPPV dan/atau DUDI dengan mengacu pada kebutuhan industri dan masyarakat yang memiliki nilai ekonomi dan sosial.

Setiap pengusul harus memiliki tim periset yang anggotanya terdiri dari dosen atau kelompok dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa (minimal semester 5), atau yang sedang melaksanakan tugas akhir/proyek akhir/skripsi. Adapun tema riset bisa dieksplorasi, meliputi bidang pariwisata, ekonomi kreatif, transportasi, energi baru dan terbarukan, kesehatan, konstruksi, pertanian, kemaritiman, kehutanan, sosial humaniora, atau bidang lainnya, serta pengembangan atau penerapan karya kekayaan intelektual yang dimiliki DUDI atau PTPPV.

Informasi program riset keilmuan terapan dapat diakses melalui laman https://ptvp.mitrasdudi.kemdikbud.go.id/ atau https://beasiswa.vokasi.kemdikbud.go.id/. Sementara pendaftaran dibuka mulai tanggal 23 Juni sampai dengan 6 Agustus 2021.

Pada tahap ini, para pendaftar tidak perlu langsung mengirim proposal lengkap karena penilaian pertama adalah pada Expression of Interest (EoI). Perlu diketahui pula bahwa proposal riset terapan wajib melampirkan bukti kerja sama dengan mitra DUDI atau organisasi masyarakat sipil terkait pelaksanaan program yang sesuai dengan tema riset.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ridwal Prima Gozal