KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di Jambi, sinergi antara petani, pemerintah, dan perusahaan menjadi kunci untuk memajukan komoditas kelapa sawit. Wakil Gubernur Jambi, Abdullah Sani, mengungkapkan bahwa Provinsi Jambi memiliki luas wilayah sekitar 5.343.500 hektar, dengan 36,18% diantaranya adalah lahan perkebunan sebesar 1.933.322 hektar. Dari 20 tanaman perkebunan, 7 komoditas utama di Provinsi Jambi, termasuk kelapa sawit, memberikan kontribusi besar pada perekonomian dengan luas 1.924.910 hektar.
Abdullah menyoroti peran penting sub-sektor perkebunan yang menyumbang 17,8% terhadap PDRB Provinsi Jambi senilai Rp 37 triliun.
Baca Juga: BPDPKS Siap Dukung Pembangunan Pabrik Minyak Makan Merah Ekspor komoditas perkebunan ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Eropa, Asia, dan Semenanjung Arab telah mencapai Rp1,9 triliun, menjadikan Provinsi Jambi sebagai provinsi ketiga dengan ekspor komoditas perkebunan terbesar di Indonesia. "Pemerintah Provinsi Jambi berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan menerapkan Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 19 Tahun 2019. Melalui peraturan ini, diharapkan petani dapat mendapatkan nilai tambah dan posisi tawar yang lebih baik," ujar Abdullah saat membuka Indonesian Palm Oil Smallholders (IPOSC) yang ketiga dengan tema Optimalisasi Sawit Rakyat Sebagai Penghasil Devisa di Pusaran Tata Kelola Sawit Berkelanjutan, yang didukung Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Jambi seperti dikutip, Selasa (28/11). Abdullah juga menekankan pentingnya sinergi antara perusahaan, petani, dan pemerintah. Dengan adanya kemitraan yang seimbang, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Dari 186 perusahaan perkebunan kelapa sawit di Jambi, sinergi antara sektor usaha dan petani dianggap krusial. Gamal Nasir, Ketua Dewan Pembina Persatuan Organisasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (POPSI), menggarisbawahi urgensi sinergi untuk memajukan petani kelapa sawit. Dengan luas perkebunan kelapa sawit mencapai 16,3 juta hektar, termasuk 6,1 juta hektar yang dimiliki petani, potensi ekonomi nasional dapat tergugah.
Baca Juga: Dukung PSR, Kementerian ATR/BPN Targetkan Semua Kebun Bersertifikat pada 2024 Gamal Nasir mengingatkan bahwa fokus pada peningkatan produktivitas TBS menjadi kunci. Dengan pendapatan yang meningkat, petani dapat memiliki saham dalam perusahaan atau pabrik kelapa sawit, mendorong rasa memiliki dan motivasi untuk mempertahankan pasokan sesuai kebutuhan perusahaan. Kemitraan yang kuat antara perusahaan dan petani diharapkan dapat meningkatkan produktivitas. Gamal Nasir menyoroti perbedaan pola budidaya antara perusahaan dan petani, yang dapat diatasi melalui sinergi yang baik. Produktivitas yang meningkat akan membawa dampak positif pada kesejahteraan petani. Ketua POPSI, Pahala Sibuea, menegaskan bahwa peningkatan produktivitas sejalan dengan peningkatan ekonomi petani. Dukungan, kerjasama, dan kemitraan yang didukung oleh pemerintah menjadi kunci untuk mencapai hal tersebut. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli