Sinergi Djarum Foundation, Pemerintah, dan Peneliti Bawa Asa Konservasi Elang Jawa
Jumat, 19 Desember 2025 17:52 WIB
Oleh: Tim KONTAN | Editor: Indah Sulistyorini
KONTAN.CO.ID - Momen penting dalam upaya penyelamatan elang jawa berlangsung pada 13 Desember 2025. Seekor elang jawa hasil serahan masyarakat bernama Raja Dirgantara berhasil dilepasliarkan di kawasan Situgunung, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Inisiatif ini merupakan bagian dari kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah, lembaga konservasi, dan Djarum Foundation. Elang jawa termasuk satwa yang dilindungi undang-undang di Indonesia. Selain menjadi inspirasi lambang negara Garuda Indonesia, raptor atau burung pemangsa ini juga merupakan salah satu indikator kesehatan hutan Jawa. Kendati demikian, populasi elang jawa terus menurun dan menjadikan satwa bernama latin Nisateus bartelsi ini masuk kategori terancam punah (endangered) menurut IUCN Red List. Deforestasi (perubahan fungsi hutan), perburuan ilegal, dan perdagangan satwa liar mendorong percepatan kepunahan elang jawa.
Pelepasliaran Raja Dirgantara pada Sabtu (13/12), merupakan puncak proses rehabilitasi selama lebih dari setahun oleh Tim Pusat Pendidikan Konservasi Elang Jawa (PPKEJ). Proses rehabilitasi mengembalikan insting berburu elang dan memastikan kondisinya layak kembali ke hutan. Tim PPKEJ memasang pemancar GPS pada elang yang dilepasliarkan untuk terus memantau pola adaptasi, jelajah, dan tingkat keberhasilan hidup di habitat alaminya. Kegiatan pelepasliaran ini merupakan bagian dari rangkaian “Pekan Tiga Dekade Konservasi Elang Jawa” yang mengedepankan kolaborasi lintas lembaga mulai dari pemerintah, organisasi konservasi, peneliti lapangan, hingga multisektor. Djarum Foundation bersama Burung Indonesia melalui berbagai inisiatif berkelanjutan dan dukungan terhadap program-program konservasi raptor, menjadi salah satu pemangku kepentingan yang terlibat aktif. Selain dukungan pada kegiatan rehabilitasi dan pelepasliaran, kajian dan riset ilmiah menjadi dasar kebijakan konservasi jangka panjang. Salah satu studi paling krusial dalam beberapa tahun terakhir adalah Kajian Populasi dan Distribusi Elang Jawa di Gunung Muria, Jawa Tengah, lanskap hutan paling utara yang diketahui masih menyimpan populasi elang jawa. Burung Indonesia melakukan studi selama periode Juni—Agustus 2025 dan menemukan sejumlah temuan yang sangat siginifikan. Communication Manager Burung Indonesia, Muhammad Meisa, menyampaikan bahwa sedikitnya 10 individu elang jawa teridentifikasi, terdiri atas 6 dewasa dan 4 remaja. “Perhitungan konservatif memperkirakan total populasi dapat mencapai 14 individu di seluruh bentang Gunung Muria,” papar Muhammad dalam keterangan resmi. Berdasarkan kajian, kawasan Gunung Muria masih memiliki tingkat kesesuaian habitat yang relatif baik bagi elang jawa, dengan potensi daya dukung mencapai hingga 22 individu dewasa. Namun, kerusakan tutupan pohon besar, perburuan, dan perdagangan satwa ilegal masih sangat nyata mengancam habitat.
Sinergi multipihak untuk keberlanjutan
Hasil riset kemudian merekomendasikan pentingnya perlindungan pohon bersarang, praktik pertanian berkelanjutan, restorasi habitat, dan patroli berbasis masyarakat untuk mencegah kepunahan elang jawa. Riset ini menjadi informasi paling mutakhir mengenai populasi elang jawa di kawasan tersebut, sekaligus menjadi fondasi bagi perencanaan konservasi berbasis lanskap di Gunung Muria. Kolaborasi pun menjadi kunci memperkuat kapasitas program. Kemitraan dengan lintas sektor seperti Djarum Foundation dapat mendukung peran strategis dalam menjaga kekayaan hayati Indonesia. Melalui keterangan tertulis, Presiden Direktur Djarum Foundation Victor Hartono menegaskan bahwa elang jawa bukan hanya bagian dari kekayaan alam, tetapi juga bagian dari inspirasi identitas bangsa. Karena itu, menjaga keberlangsungan hidup raptor ini harus menjadi tanggung jawab bersama. “Kami mendukung komitmen pemerintah dalam membangun sistem yang terus tumbuh melalui kolaborasi lintas sektor dan peningkatan keberlanjutan. Inisiatif kolaboratif ini akan menciptakan model yang dapat dipertahankan dan dikembangkan oleh komunitas secara mandiri. Semangat untuk mendorong upaya Konservasi Elang Jawa kini telah berkembang dari program perlindungan keanekaragaman hayati dan habitat menjadi pendekatan konservasi yang lebih luas dan terintegrasi,” ujar Victor.
Perjalanan Raja Dirgantara kembali ke alam dan temuan populasi Muria membuka optimisme baru bagi masa depan elang jawa. Keberlanjutannya hanya akan terjamin melalui sinergi multipihak, seperti kolaborasi Djarum Foundation bersama Burung Indonesia yang berkomitmen menjaga warisan ekologis untuk generasi mendatang.