Sinetron India & Turki jayakan VIVA



JAKARTA. Ibarat berakit-rakit ke hulu, berenang ketepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Inilah yang dirasakan oleh Grup Bakrie saat masuk bisnis televisi di Tanah Air.

Dua stasiun televisi milik Grup Bakrie, yakni Andalas Televisi (ANTV) dan Lativi yang berubah menjadi TV One, sempat nyaris bangkrut akibat timbunan utang. Kini, kelompok usaha itu mengklaim sudah bisa menikmati untung.

Dalam wawancara dengan KONTAN, Rabu (23/3) pekan lalu, Anindya N. Bakrie Chief Executive Officer (CEO) dan Presiden Direktur PT Visi Media Asia Tbk atau Viva Group menceritakan, sepanjang tahun lalu, laba bersih PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) sekitar Rp 140 miliar dengan penjualan Rp 1,6 triliun.


Sementara dari TV One, bisa mencetak laba sekitar setengahnya yakni Rp 65 miliar-Rp 70 miliar, dengan catatan penjualan Rp 800 miliar.

Viva Group memiliki tiga sumber penghasilan, yakni dari ANTV, TV One dan Viva News. Penghasilan dari dua televisi ini relatif lebih stabil. Sementara untuk Viva News, "Lumayan lah sudah bisa membayar gaji sendiri," kata salah satu generasi ketiga Kelurga Bakrie ini.

Penjualan yang positif itu dapat lantaran grup ini mengklaim telah memilih segmentasi pemirsa yang pas. Anindya mencontohkan, ANTV menyasar penonton ibu rumah tangga dan anak-anak dan golongan berpenghasilan menengah bawah.

Sementara TV One ingin menyasar bapak-bapak dan golongan menengah atas. Soal apa program andalan yang bisa mencetak cuan besar di ANTV, pria yang akrab di sapa Anin ini memulai dengan melakukan riset ke beberapa negara berkembang untuk mengetahui tontonan apa yang paling banyak diminati oleh masyarakat.

"Lalu saya minta bawa program itu ke Indonesia," katanya.

Pertimbangan lain ongkos dari tayangan ini menjadi lebih murah lantaran bukan produk baru alias bekas. Karena itulah operating cost perusahaan ini tidak membengkak meskipun banyak menggunakan film impor.

Hasilnya, ANTV mulai menggelar tayangan drama dan film India maupun Turki. Film-film seperti ini terbukti digemari oleh pemirsa Indonesia khususnya ibu rumah tangga, maupun asisten rumah tangga.

AC Nielsen menyebutkan bahwa per 15 Maret 2016 lalu ANTV mengantongi audience share sebesar 16,3% dari total pemirsa televisi Indonesia yang mencapai 200 juta jiwa.

Posisi itu sama saja nomor dua setelah RCTI yang memegang 17,9%. "Ini mengungguli Indosiar dan SCTV. Grup apapun kalau tayangan tidak menarik, tidak akan ditonton," tandas Anin.

Fokus TV dan internet Masih dalam hitungan Nielsen, tahun lalu porsi pemirsa Viva Group 14,9%. Angka ini di bawah dua grup televisi lain yakni MNC Grup MNC sebesar 31.8%, Emtek 26,7%, sementara CT Corp menggenggam porsi pemirsa 14,6%.

Hanya saja, Anin tak memberikan perincian apa rencana yang akan dikembangkan grup ini untuk meningkatkan audience share tahun ini. Yang pasti grup ini akan tetap fokus mengembangkan bisnis televisi dan internet.

Fokus bisnis ini bukan tanpa alasan. Anin membeberkan data bahwa selama ini pemirsa televisi lebih stabil ketimbang media lain seperti cetak maupun radio. Sementara, "Porsi konsumsi media antara orang yang menonton televisi sambil membuka internet porsinya mencapai sekitar 93%," kata Anin.

Angka ini terus berkembang sejak 2012 yang porsinya hanya sekitar 45% . Anin menambahkan, Grup Bakrie juga tengah menyemai beberapa start-up yang suatu saat siap untuk dikomersialkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie